Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maulina Sucihati, Guru SDN Sudimara Timur 2 Ciledug yang Membuat Perubahan Besar pada Siswa

29 September 2022   21:46 Diperbarui: 29 September 2022   21:48 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Guru atau pendidik, seperti pernah ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, ia harus berada di depan, tengah dan belakang sebagaimana slogan 'Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani'.

Slogan tersebut memiliki makna; di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan serta arahan.

Bagaimana para guru menerapkan slogan itu, tentunya berbeda satu sama lain. Kendati terdapat perbedaan dalam menerapkan pola pengajaran, tujuan mulia para guru jelas, adalah membuat para siswa didik menjadi cerdas dan berprestasi.

Sebagaimana peran penting guru yakni dalam mendidik dan mengajar, seorang guru di SDN Sudimara Timur 2, Ciledug, Tangerang Kota, Banten bernama Maulina Sucihati, berbagi pengalamannya selama 20 tahun menjadi seorang guru.

Antara mendidik dan mengajar, seorang guru semestinya tidak memisahkan keduanya. Kedua bagian itu merupakan kesatuan untuk pencapaian materi pembelajaran.

"Jadi guru itu mendidik dan mengajar juga. Karena kalau dia mengajar sudah pasti dia mendidik anak-anak tersebut, jadi bukan sekadar mengajari. Namanya kita mengajari ya kita mendidik anak-anak tersebut sesuai ketercapaian yang harus mereka capai dalam pembelajaran." Buka Maulina Sucihati.

Memahami perbedaan kemampuan, daya pikir, daya tangkap dan latar belakang anak-anak juga menjadi hal penting bagaimana seorang guru memberikan materi pembelajaran di kelas, agar tercipta pemerataan kemampuan siswa.

"Anak-anak itu membutuhkan apa untuk pembelajarannya. Karena tingkat kemampuan anak itu berbeda-beda. Ada anak yang cepat, sedang dan lambat. Masalah anak-anak juga berbeda-beda. Besar di lingkungan yang berbeda dan orangtua yang berbeda. Saya pernah mengatakan bahwa guru itu jadi contoh bagi mereka. Jadi ketika ngajar bukan hanya mengajari. Ketika mengajari kemungkinan orangtuanya lebih pandai dan pintar, karena ibu mereka adalah guru pertama anak-anak." Jelasnya.

Penguatan karakter siswa didik juga wajib diberikan guru dengan sejumlah kegiatan rutin yang didalamnya menekankan unsur agama dan kemanusiaan.

"Ketika berbicara mendidik, disitu ada budi pekerti, ada penanaman moral, ada pembiasaan yang harus kami tekankan kepada anak-anak seperti saat mulai belajar harus  berdoa, bagaimana dia bersikap kepada orang lain, bagaimana empatinya tumbuh, semua pembelajaran yang diberikan oleh guru menjadikan mereka karakternya lebih kuat." Lanjutnya.

Terdapat katagori kemampuan daya tangkap dan pemahaman siswa didik yang berbeda-beda, perlu pula dilakukan observasi dan assesment di awal pemberian materi pembelajaran.

Maulina Sucihati memiliki pola atau konsep tersendiri saat memulai pembelajaran di kelas baru. Ia meminta siswa didiknya menggambar sesuatu. Dari hasil menggambar itulah akan diketahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa.

"Saya melakukan pemetaan. Di awal saya pasti menyuruh anak-anak menggambar. Dari menggambar itu bisa diketahui tingkat pemahaman pembelajaran anak-anak sebelumnya. Dari gambar-gambar itu saya observasi dan saya buat pemetaan terhadap anak-anak apakah mereka tingkat pemahamannya tinggi, sedang atau lambat." Urai wanita yang biasa disapa Lina.

Menjadi hal berbeda untuk hal positif juga diterapkan Maulina dalam memberikan materi pembelajaran di kelas. Guna pemerataan kemampuan siswa, ia membuat kelompok-kelompok di dalam kelas.

Foto: pribadi 
Foto: pribadi 


"Kemudian sistem pembelajarannya seperti apa. Apakah sesuai dengan kelas yang kita pegang. Saya juga mengelompokkan anak-anak agar membantu saya saat mengajar." Imbuhnya.

"Pengelompokan anak-anak yang cepat, sedang dan lambat dalam satu kelompok di kelas  biasanya saya rolling waktunya. Hal itu untuk mencari dan mendapatkan kemampuan anak-anak agar merata." Lanjutnya.

Pengelompokan siswa dalam kelas, selain menciptakan kebersamaan, juga tak memberi batas serta jarak, khususnya bagi siswa berkebutuhan khusus.

Model pengelompokan anak-anak di kelas ternyata menghasilkan hal yang positif terutama pada perubahan sikap dan kebiasaan anak-anak.

"Ada 3 murid yang 2 minggu tidak masuk. Setelah saya terapkan model pembelajaran seperti itu mereka jadi rajin ke sekolah." Tutur wanita yang tengah menempuh pendidikan jenjang S2.

Perlu diketahui, sejak 2021 sekolah-sekolah negeri memang ditunjuk untuk menerima siswa berkebutuhan khusus, dengan catatan IQ mereka tak boleh berada di bawah angka 80.

"Kebetulan juga sekolah kami adalah sekolah yang ditunjuk untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Disini kami dituntut untuk bisa mendidik mereka walau sebenarnya disiplin ilmu kami bukan tentang dunia anak inklusi secara khusus. Tapi bagi saya segala sesuatu harus kita pelajari dan dalami."

"Khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus saya melakukan assesment seperti bertanya ke orangtua bagaimana latar belakang mereka. Dan telah disiapkan guru pembimbing khusus yang menangani hal ini."

"Dengan adanya murid berkebutuhan khusus di kelas bagi saya merupakan sebuah tantangan bagaimana saya bisa atau tidak meratakan kemampuan anak-anak didik saya." Imbuhnya.

Foto: pribadi 
Foto: pribadi 


Pemberian materi pembelajaran oleh Maulina Sucihati juga tak selalu dengan cara tatap muka. Penggunaan teknologi komunikasi melalui pemanfaatan video juga selalu ditetapkan guna mengedukasi siswa didik dan orangtua murid.

"Mengenai materi video yang selalu saya berikan sebenarnya untuk mengedukasi anak-anak dan orangtua. Saya memang biasa menyampaikan materi pembelajaran lewat video. Karena saya memiliki kemampuan dalam hal itu. Selain itu, saya juga mengirimkan materi video ke grup WhatsApp kelas terkait aktivitas dan kegiatan anak didik di kelas agar diketahui orangtua siswa." Jabar Maulina Sucihati.  

Memang, berdasarkan porto folio yang dimiliki, Maulina Sucihati yang juga seorang guru bantu di Paud ini, mempunyai keahlian dalam membuat media atau bahan ajar dalam bentuk video maupun cetak.

Selain itu, selama dua dekade menjadi guru, Maulina Sucihati juga memiliki segudang  pengalaman seperti, guru pendamping, bendahara dan operator sekolah di kelompok bermain (KB).

Ia juga tercatat pernah menjadi Pembina Pramuka Penggalang. Dan yang lainnya pernah menjadi narasumber Kelompok Kerja Guru (KKG) di tingkat Paud dan sekolah dasar.

Dari segudang pengalaman itu, ibu enam anak ini bukan tak mungkin sudah memahami betul bagaimana membuat para siswa didiknya berubah ke arah yang lebih baik lagi.

Foto: pribadi 
Foto: pribadi 


Pada akhir pembelajaran, sarjana pendidikan guru sekolah dasar Universitas Terbuka (UT) ini kerap membuat penilaian terhadap materi pembelajaran kepada para siswa. Jika lebih banyak siswa yang paham, artinya metode yang disampaikan berhasil.

"Di akhir pembelajaran, saya biasa melajukan refleksi tujuannya untuk mengetahui apakah anak-anak paham atau tidak yang sudah saya berikan. Jika lebih banyak yang paham artinya pembelajaran yang saya berikan tidak monoton."

Kembali ke hubungan erat antara guru, siswa didik dan orangtua murid, penting bagi guru dapat merawat hubungan tersebut. Hal itu dilakukan agar tak ada gap atau kesenjangan.

"Pertama saya mendekatkan diri sebagai guru bagi anak-anak, kedua saya menempatkan diri sebagai orangtua bagi anak-anak didik dan ketiga saya menjadi sahabat mereka." Ujarnya lagi.

Dari cara pembelajaran seperti itu maka terdapat beberapa muridnya yang sukses baik dalam segi pendidikan maupun karir mereka. Mereka juga ada yang meraih prestasi di berbagai bidang.

"Kalau ada murid-murid saya sekarang jadi orang sukses dan berprestasi itu tentunya bukan karena saya. Semua itu karena Ridho Allah Subhanahu wata'ala dan juga berkat didikan orangtua mereka atau pihak-pihak lain yang memberi kontribusi atas kesuksesan dan prestasi mereka." Tutup Maulina Sucihati.

(29/9/2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun