"Seni tari tradisional Indonesia telah diciptakan para leluhur sejak berabad-abad lamanya. Dari generasi ke generasi, seni tari tradisional itu dipertahankan oleh mereka yang memiliki kepedulian untuk melestarikannya."
Melestarikan warisan leluhur seperti seni tari tradisional Indonesia, memang tidaklah mudah. Apalagi di jaman sekarang ini yang sudah serba instan, orang lebih memilih untuk menikmati gaya hidup sesuai dengan trends yang sedang terjadi.
Terutama kelompok remaja, mereka cenderung mengikuti arus, daripada berkutat kepada hal-hal yang berbau tradisional. Â Ini merupakan fakta yang tak bisa dielakan.
Fenomena kalangan remaja mengikuti trends yang ada, rupanya tak berlaku bagi seorang remaja bernama Aurel Alvianti Destian. Siswi yang duduk di bangku kelas 7.5 SMP Yapera, Ciledug, Tangerang Kota ini, sedikit berbeda dengan teman-teman sebayanya.
Di usianya yang masih teramat belia, Aurel sapaan Aurel Alvianti Destian ini, rupanya sudah memiliki minat yang besar terhadap seni tari tradisional Indonesia.
"Saya senang dengan tarian tradisional Indonesia sejak kelas 3 SD. Sampai sekarang di SMP Yapera, saya masih senang menari." Ujar Aurel menceritakan awal mula dirinya mulai senang dengan tarian tradisional Indonesia.
Potensi seni menari Aurel yang mulai terlihat di usia sembilan tahun, kemudian memunculkan pertanyaan, apakah memang Aurel terlahir dari keluarga berdarah seni?
Remaja bermahkota hijab ini lantas menegaskan, jika tak ada seorang pun di rumahnya, baik itu almarhum ayahnya, ibu serta kedua kakak perempuannya, yang suka dan bisa menari.
Ya, bakat menari Aurel ini memang tumbuh sendiri tanpa ada titisan darah seni yang mengalir dari keluarganya.
Alhasil, mengetahui hal itu, kedua orangtua Aurel mendorongnya dengan serius. Mereka kemudian memasukan Aurel ke sebuah sanggar tari.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!