Mitos itu tentang terkuaknya keperawan seorang gadis setelah dia memakai hiasan kepala dari rangkaian bunga Kenanga dan Melati.
"Kalau bunga yang dipakai itu terlihat layu saat dipakai, maka perempuan itu sudah tak gadis lagi." Kata Jay Khresna.Â
Penjelasan itu lalu digambarkan lewat alur film "Ngarot" yang disutradarai oleh Dedy Reang.Â
Dedy memberikan gambaran tentang mitos keperawanan itu kepada pemeran utama Cantika Mayang Utami yang berperan sebagai anak yang tak diizinkan menikah oleh orangtua karena pria pilihan hatinya bukan berasal dari keluarga berada.
Tanpa sepengetahuan orangtua, rupanya pemeran utama telah terenggut keperawanannya oleh sang kekasih yang tak disetujui tersebut.Â
Ketika upacara Ngarot akan dimulai, pemeran utama yang sudah tahu dengan kondisinya, enggan menggunakan hiasan bunga yang sudah disiapkan. Sementara orangtuanya tak mengetahui sama sekali.
Jelang detik-detik upacara Ngarot berlangsung, sang ibu secara kebetulan mendapatkan kelopak-kelopak bunga Kenanga dan Melati yang harus dipakai putrinya tampak layu. Dari situlah diketahui sang putri sudah tak perawan lagi.
Sang putri yang tahu dirinya tak perawan lagi, kemudian berusaha untuk mengakhiri hidup dengan cara menceburkan diri ke sungai. Tetapi usaha itu gagal karena kedua orangtuanya menggagalkan.
Sementara itu menurut Bupati Nina Agustina, film "Ngarot" sengaja diputar dihadapan masyarakat Indramayu saat perayaan hari jadi Indramayu dengan mengusung isu gender.
"Film ini mengangkat isu gender yang ada di Indramayu. Saya ingin semua perempuan Indramayu maju, pintar dan cerdas. Saya mau perempuan Indramayu bermartabat." Ujar Bupati Nina Agustina.
Berdasarkan laman Wikipedia, tradisi Ngarot digagas pada tahun 1686 oleh Kepala Desa Lelea pertama yang bernama Canggara Wirena.