Setelah bercakap-cakap soal teknis mengantarkan ibu mertua ke Puskesmas tadi, relawan tadi rupanya hanya menyediakan unit ambulans tanpa tim medis Covid-19. Sehingga keputusan akhir mereka tidak bisa mengantarkan ibu mertua ke Puskesmas yang sudah istri sebutkan tadi.
Tak bisa lewat relawan, istri nekat meminta bantuan ke tetangga yang kebetulan memiliki armada ambulans, karena tetangga kami itu anggota dewan dari partai besar.
Tiba di rumah anggota dewan, istri melapor ke saya. Katanya mobil ambulans yang posisinya standby itu tak ada sopir dan tenaga medisnya. Istri pun tak bisa memaksa. Kalaupun memaksa ambulans itu bisa dibawa sendiri, siapa yang mau nyupiri? Saya dan istri sama-sama tak bisa nyupir hehehe.
Tapi sudahlah. Dua bantuan ambulans akhirnya kandas. Lalu saya menyarankan istri order ojek online kendaraan roda empat saja.
"Jangan! Nanti drivernya menolak begitu tahu siapa yang dibawa." Kata istri masih di rumah dewan tadi seraya menunggu hujan redah.
Saya sepakat sama pendapat istri. Jadi saran saya tarik kembali. Tak lama hujan redah. Istri kembali ke rumah mungil kami, rumah kontrakan.
Masuk ke kontrakan sebentar, istri istirahat dengan dikelilingi ketiga anaknya yang biasa kami sebut "bocil." Makan sebentar, istri akhirnya memutuskan untuk membawa ibu mertua dengan menggunakan sepeda motornya.
Saya sedikit terkejut disitu. Tapi setelah istri menjelaskan barulah saya paham. Dengan menggunakan pakaian berlapis (kaos, jaket, mantel hujan lengkap), dobel masker, sarung tangan, kaos kaki serta kacamata, istri menjemput ibunya di rumahnya yang tak jauh dari kontrakan yang kami tinggalkan. Saya sendiri posisi harus standby di kontrakan menjaga ketiga anak kami.
Singkat cerita, istri sudah membawa ibunya ke ruang IGD Puskesmas Larangan Utara untuk dilakukan pengobatan atau tindakan medis Covid-19.
Beberapa jam atau menjelang Maghrib, istri tiba di kontrakan. Seluruh pakaian berlapis, kecuali kaos dan celana panjang dilepas di luar rumah dan langsung dimasukan ke dalam ember, direndam dan dicuci. Istri mandi, shalat Maghrib, istirahat sebentar.
Tak lama, istri bercerita soal dirinya yang tadi membawa ibunya pakai sepeda motor. Selama di perjalanan, rupanya istri tak henti-hentinya membunyikan klakson motornya. Istri sengaja melakukan itu, karena posisi ibunya saat dibonceng masih dalam keadaan terinfus cairan.