Nyak Aliyah juga menjelaskan kalau pembeli Tikar Pandannya bisa dihitung sesuai waktu. Katanya dalam satu bulan hanya ada satu pembeli. Ini juga terkait dengan lamanya waktu dalam proses pembuatan Tikar Pandan ini.
"Sebulan palingan satu yang beli karena bikin nya juga lama. Satu tikar bisa satu bulan selesai." Jelas Nyak Aliyah sambil memotong bagian kecil Tikar Pandan buatannya.
Bisa dimaklumi betapa sulitnya membuat sehelai Tikar Pandan ini. Nyak Aliyah yang mengambil bahan baku daun Pandan dari kebun di belakang rumahnya harus berjibaku dahulu dengan duri-duri yang ada di daun Pandan tersebut.
Sulitnya memisahkan duri dari daun Pandan kata Nyak Aliyah merupakan bagian dari proses pembuatan Tikar Pandan yang amat sulit itu.
"Setelah daun diambil dari pohon kita buangin dulu dirinya. Durinya ada 3 baris. Setelah itu pakai alatnya. Lalu dipisah tipis dan direndam 2 hari 2 malam udah gitu dijemur dah. Udah kering di pisah-pisah lagi deh tuh. Baru dah dianyam kayak gini." Jelas Nyak Aliyah.
Sulitnya membuat anyaman Tikar Pandan disiasati Nyak Aliyah dengan cara dirinya membuat beberapa tikar untuk dijadikan stok di rumahnya. Ini dimaksudkan jika sewaktu-waktu ada pembeli lebih dari satu orang, Nyak Aliyah tinggal memberikan Tikar Pandan tersebut.
Sekelumit kisah perajin anyaman Tikar Pandan yang masih dilakukan Nyak Aliyah di Jakarta, tentu sudah seharusnya mendapat apresiasi dari pihak terkait. Pemerintah pusat atau Pemprov sudah semestinya memperhatikan Nyak Aliyah atau pelaku industri rumahan ini, jika tak ingin warisan leluhur ini tergerus oleh kemajuan industri saat ini.
Semoga saja apa yang dilakukan Nyak Aliyah bisa diturunkan kepada anak-anaknya atau mereka yang masih peduli dengan kerajinan tangan yang sarat dengan kearifan lokal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H