Memang, apa yang Emak ceritakan tentang tanah kelahirannya itu, beberapa sudah saya ketahui. Misalnya Emak pernah cerita tentang kebunnya yang ditanami beragam pohon berbuah semacam Sawo, Pisang Kepok dan lainnya.
Selain itu, Emak juga pernah menjelaskan bahwa di tanah kelahirannya terdapat beberapa Jorong atau Desa, seperti Sianau Indah, Balai Diateh, Taratak Indah, Gelanggang Tangah dan Balai Gadang. Emak kalau tak salah tinggal di Balai Diateh.
Menyimak cerita Emak yang menurut saya hanya sebatas yang diketahuinya saja, saya pun mulai menjelajah di Internet untuk mengetahui seperti apa wajah Nagari Sungayang itu.
Namun sebelum saya mencari tahu lebih lengkap lagi, saya mencoba untuk melihat wajah Sungayang itu melalui Google Earth. Melalui teknologi Google Earth itu saya benar-benar bisa melihat secara nyata seperti apa Sungayang dari jarak jauh. Hati saya pun senang dan gembira bisa melihat seperti apa wajah rumah, bangunan, sawah, kebun, jalan dan lainnya di Jorong Balai Diateh, desa Emak saya.
Saya bisa melihat ada Surau Balai Diateh, TK Harapan Bunda Situmbuk, Kantor Wali Nagari Situmbuk serta tempat lainnya yang belum diceritakan Emak saya.
Dari nama-nama lokasi atau tempat yang saya sebutkan tadi, saya tidak tahu pasti apakah benar ada di Jorong Emak saya, atau itu letaknya di Jorong lainnya.
Kendati sudah bisa melihat seperti wajah kampung halaman Emak lewat Google Earth, saya sepertinya belum merasa puas. Satu-satunya cara ya saya memang harus bertandang ke Sungayang.
Kalau saya bisa ke Sungayang bersama istri dan anak-anak saya, maka nanti akan saya perlihatkan dari Nagari Sungayang itulah sesungguhnya saya berasal.
Namun yang jadi pertanyaan saya, jika saya bisa ke Sungayang, apakah saya menjadi seorang perantau yang harus menjunjung tinggi pepatah Minang "Lauik sati, rantau batuah"
Ciledug, 22 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H