Mohon tunggu...
Sang Ajisaka
Sang Ajisaka Mohon Tunggu... -

Air dan api sumber kehidupan. Mari lestarikan air dan jaga api untuk kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surgaku dan Surganya Tawon

23 Februari 2011   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:21 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku seorang petani tulen. Pekerjaan utamaku hanya bertani. Tidak pernah melakukan pekerjaan lainnya. Oleh karena itu selepas masa tanam atau panen kuhabiskan waktuku untuk menghibur diri agar tidak cepat tua. Kurawat berpuluh-puluh ayam jago setiap hari. Kuberi makan dan jamu serta kumandikan setiap hari. Ayam-ayam jagoku sungguh perkasa. Saat berkokok di pagi hari suaranya riuh bersahutan membangunkan para tetangga. Di akhir pekan selalu kubawa dua atau tiga, menyusuri desa-desa tetangga yang membuka ajang sabung ayam di tengah halaman balai desa. Ayam-ayam jagoku terkadang bertahan sampai 4 babak namun seringkali tersungkur di babak pertama. Sesekali ayam jagoku pernah juara. Jika ayam-ayam jagoku kalah di babak awal sering aku tetap bertahan untuk menyaksikan setiap ayam-ayam jago yang berlaga. Ada rasa senang dan gembira, melupakan sesaat harga pupuk dan obat hama yang kadang melambung tinggi melebihi ongkos produksi.

Bagi orang lain mungkin kesukaanku ini bukanlah perbuatan yang mulia. Namun apa peduliki. Aku hanyalah rakyat biasa yang tak punya hak menentukan baik dan buruknya standar nilai. Mereka orang-orang pemuka agama serta tokoh-tokoh cerdik pandai selalu berteriak bahwa adu ayam jago perbuatan yang tak bermoral. Mengorbankan binatang hanya untuk kesenangan dan membuat malas bekerja. Itulah yang selalu disindirkan kepadaku dan rekan-rekan sesama tukang adu ayam.

Aku tidak pernah keberatan mereka menentukan standar nilai. Namun mengapa mereka keberatan kami juga memilih jalan hidup dan nilai-nilai sendiri. Padahal para pemuka agama sudah mendapatkan banyak keistimewaan. Mereka suka mengkotbahi orang lain dan itu kami tidak keberatan. Banyak orang yang mengagumi dan rela bepergian jauh untuk mendengarkan para pemuka agama melakukan hobinya menceramahi orang lain. Tidak sedikit diantara para pemujanya mengirim banyak hadiah atau sumbangan untuk kehidupan keluarganya. Banyak diantaranya kemudian menjadi kaya karena ceramah-ceramah mereka. Dan kami tidak pernah iri serta dengki apa yang mereka dapatkan. Disegani dan kekayaan. Mestinya mereka juga tidak perlu iri dan dengki dengan apa yang kami lakukan. Kami hanya sekedar menghabiskan waktu di antara masa tanam dan panen, menyalurkan kesukaan atau kesenangan setelah berpeluh mengolah sawah dan ladang kami. Tidak seperti mereka yang banyak mendapat dukungan dari umatnya, kami harus bercucuran keringat untuk dapat makan dan menyisihkan sebagian hasil panen untuk kebutuhan yang lain. Bagi kami berkumpul dengan sesama petani seperti adu ayam adalah sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang membuat hati kami bergembira dan membuat hidup terasa lebih hidup. Hidup kami tidak kami lalui dengan kemurungan.

Dalam banyak ceramahnya kami sering mendengar bahwa kami adalah golongan yang tidak akan pernah masuk sorga. Karena kami para tukang adu ayam hidup penuh dengan dosa. Dosa yang akan menghalangi kami menyentuh pintu sorga. Benarkan sorga berpintu? Padahal kami tidak memerlukan sorga seperti yang mereka yakini. Sorga yang ternyata juga penuh dengan keinginan duniawi. Tempat bersenang-senang yang tiada bertepi. Sedang sorga menurut kami berbeda dengan tempat yang penuh bidadari. Namun sorga kami nanti akan dipenuhi ayam-ayam jago yang sangat tangguh. Ayam-ayam jago yang gagah dengan taji kokoh dan tajam. Setajam taji besi . Ayam-ayam itu tidak pernah mati dan selalu siap bertarung lagi.Dan kami para tukang adu ayam jago tidak akan kehabisan ayam aduan dan tidak ada gangguan razia dari polisi. Tidak ada lagi perasaan deg-degan ketika menghindar dari kejaran polisi yang mendadak berhamburan memenuhi ajang sabung ayam. Sorga seperti itulah yang kami harapkan.

Kami juga ingin seperti tawon yang memiliki gambaran sorga sendiri. Sorganya para tawon yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Menurut para tawon kelak di sorga setiap tawon akan diberi dua sengat. Hal yang tidak pernah terjadi selama di dunia. Dengan dua sengat para tawon tidak akan khawatir lagi. Jika satu sengat telah digunakan mereka tetap bisa hidup karena masih punya satu sengat lagi. Sederhana bukan ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun