Sebagaimana orang awam mungkin bengkak yang tampak seperti bengkak gondongan. Namun ternyata beberapa hari lalu, 7 Mei 2018, Rumyati kembali mengabari bahwa pembengkakannya tidak menurun. Bahkan semakin bengkak dan Sri Yono dikatakan bicara aneh-aneh seperti orang mengigau.
"Mas, kalau bisa tolong datang," begitu pesan Rumyati.
Membongkar kembali salinan catatan medis yang ada di dokumen kantor, 1,5 tahun lalu, selembar catatan medis yang dikeluarkan bersamaan dengan vonis asbestosis terhadap Sri Yono tertulis, "Pada leher bawah, kelenjar thyroid ukuran normal dan densitas masih homogeny."Â
Dua hari setelah ditunggu tidak juga memperlihatkan tanda membaik, Sri Yono dilarikan ke Rumah Sakit Persahabatan, 9 Mei 2018, dan menunggu hampir  20 jam sebelum akhirnya masuk ruang perawatan.
Sri Yono hanya satu dari puluhan pekerja yang dicurigai menderita asbestos related disease. Dia bersama puluhan pekerja lainnya difasiliasi untuk memeriksakan kesehatannya oleh lembaga nonpemerintah yang menuntut penghentian perdagangan, penggunaan, dan pengolahan asbestos. Rata-rata mereka adalah pekerja yang telah bekerja lebih dari 10 tahun di pabrik-pabrik pengolahan asbestos.
Puluhan tahun, buruh seperti Sri Yono, menggadaikan kesehatannya berhadapan dengan bahan karsinogenik yang telah dilarang di lebih separuh anggota IMF yang akan mengadakan pertemuan di Baii, Oktober 2018 nanti. Upaya mencegah pajanan asbestos terhadap buruh tidak tampak menjadi perhatian perusahaan. Jangan tanyakan soal pemeriksaan berkala yang ideal diangan-angan.
Buruh seperti Sri Yono baru akan merasakan dampak dari bahan baku asbestos yang mereka olah tepat ketika kondisi mereka sudah memasuki usia produktifitas yang menurun. Saat mereka sudah tua, perusahaan makin mudah mencari alasan PHK karena produktifitas, saat itu pula kerapuhan kesehatan mereka makin terasa. Mereka menderita bukan hanya kesehatannya yang digerogoti asbestos, namun juga nasib penghidupannya yang menyedihkan.
Di saat kondisi fisik tidak lagi dapat maksimal produktif, ancaman PHK makin menganga, sementara upah makin tak cukup untuk kebutuhan keluarga, maka alternatif penghasilan lain harus diupayakan. Namun kerja yang sudah menyita hari, makin sulit untuk mencari alternatif lain. Hutang.
Hutang dan kondisi kesehatan yang digerogoti Asbestos adalah "bionic duo" yang memperparah kondisi pekerja di Industri Asbestos. Sementara pemilik usaha terus memerluas usaha, para buruh hanya mampu memperluas catatan hutang dan pasrah menerima gigitan terakhir asbestos yang telah hidup bersamanya bertahun-tahun.
Sri Yono bukanlah Sri Yono seorang, dia adalah potret masa depan buruh di pabrik-pabrik asbestos yang masih menikmati 0% tariff impor, dan terus menjual debu penyakitnya ke rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H