Mohon tunggu...
Surya Ferdian
Surya Ferdian Mohon Tunggu... Administrasi - Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Menikmati Belajar Dimanapun Kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berjoget di Pekan Imunisasi Dunia

25 April 2018   15:03 Diperbarui: 25 April 2018   16:00 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan pekan terakhir di bulan April sebagai pekan imunisasi dunia. Di laman resminya, WHO menetapkan 24-30 April 2018 sebagai pekan imunisasi dunia tahun ini. Di Indonesia, salah satunya di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, tidak mau ketinggalan untuk juga ikut merayakannya. 

Ada yang tidak biasa di RPTRA Melati Indah. Sejak pagi pukul 07.00 sejumlah petugas posyandu di lingkungan mulai mengumumkan akan adanya kegiatan. Ada yang berkeliling mendatangi rumah-rumah dimana ada balita, ada juga yang bermodal jempol menghubungi anggota posyandu. Ada yang tidak biasa di RPTRA Melati Indah. 

Semua ibu-ibu yang memiliki balita dan berhasil dihubungi petugas posyandu dikumpulkan di RPTRA yang dahulu diresmikan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Petugas di RPTRA mengeluarkan kartu-kartu dan peralatan posyandu dan melakukan pendataan administrasi hingga pukul 09.00 WIB

Niatan awal untuk berangkat bersama menggunakan kendaraan yang disediakan panitia, batal karena tak kunjung datang hingga pukul 08.45. Balita-balita yang masih mungil itu ada yang menangis, namun tidak sedikit yang menampilkan wajah kepasrahannya. "Gak jadi pakai odong-odong nih?," gugat salah satu ibu yang nampaknya sudah dari pagi menunggu kepastian. "Udah panggil orang rumah aja, minta diantar ke pos RW 14," saut ibu lainnya. Benar, terlihat sejumlah laki-laki berkendaraan roda dua berdatangan dan mulai mengangkut istri dan balitanya. 

Biduan menghangatkan lapangan yang diguyur hujan
Biduan menghangatkan lapangan yang diguyur hujan
Langit tampak mendung saat ibu-ibu dari RPTRA Melati Indah mulai berpindah lokasi ke pos RW 14, Kapuk, tempat kegiatan dipusatkan.

Sedikitnya ada 5 tenda surnavile, 1 mobil genset, 2 mobil kesehatan,  menyambut ibu-ibu yang berdatangan. Di depan, ada satu panggung utama yang dibelakangnya ada layar untuk menampilkan tayangan presentasi dan lainnya. Di bagian samping ada satu panggung lainnya lengkap dengan keyboard dan pengeras suara yang lebih dari cukup untuk menggaungkan acara di lapangan. 

Ada dua perempuan yang berdandan berbeda dengan ibu-ibu panitia maupun peserta acara. Kedua perempuan diapit oleh sejumlah bapak-bapak yang berpenampilan layaknya musisi dibelakangnya ada spanduk bertulis "Gebyar: Gerakan Masyarakat Sadar Imunisasi, Kota Administrasi Jakarta Barat," lengkap dengan logo sponsor dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta .

Jam di telepon genggam menunjukkan 09.02 saat tenda berlogo Yayasan RMHC (Ronald McDonald House Charities) menyambut ibu-ibu yang terus berdatangan. Ditengah lapangan seorang pemuda berusia kurang dari 30 tahunan sedang menjelaskan tentang pentingnya imunisasi. Layar di panggung depan menayangkan tulisan dan foto yang dibawakan oleh si pemuda. Bapak-bapak berpakaian batik dan batik Korpri berada di kursi terdepan tampak memperhatikan sambil sesekali berdiskusi dengan orang disebelahnya. Langit semakin gelap dan sesekali kilat tampak dilangit. 

dokpri
dokpri
"Udah mulai di Imunisasi belum sih?" tanya seorang ibu muda secara acak kepada perempuan-perempuan berkaos pink dan perempuan lain yang nampak rapi. Entah siapa yang menjawab tapi terdengar "Belum Bu, penjelasan-penjelasan dulu." Angin mulai kencang, kursi di lapangan yang terisi ibu-ibu menggendong balita mulai berantakan. Ibu-ibu berdiri menggendong anaknya yang mulai resah. Balon-balon digunakan untuk "merayu" anak-anak agar tetap bertahan dengan terpaan angin, dan suara pembicara yang bersahut-sahutan.

Pukul 09.30 sejumlah ibu dipanggil untuk mulai antri imunisasi, ada 2 tempat penyuntikan yang bertempat di kantor RW 14. "Nomor berapa bu?" tanya seorang ibu kepada Nur Apiah, "93 bu, itu baru sampai nomor 20 apa 30 gitu. Diselang-seling masuknya. Biar dengerin penjelasan juga," begitu jawabnya.

dokpri
dokpri
Ada sejumlah pidato sebelum acara dimulai dengan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya imunisasi. Kebiasaan birokrasi kita memang demikian. Apapun acaranya, semua pejabat merasa perlu untuk menyampaikan pidatonya, atau sengaja disiapkan waktu untuknya oleh panitia. Tidak mau tahu apapun kondisi dilapangan, pidato-pidato birokrat itu nampak begitu penting untuk "resmi"nya sebuah acara. Termasuk acara pekan imunisasi yang dihadiri oleh balita-balita yang jauh lebih butuh tidur ketimbang mendengar pidato. 

Hujan mulai turun, walaupun tidak terlalu deras namun cukup untuk membuat lantai lapangan tempat acara dan lantai menuju tempat penyuntikan imunisasi terasa licin. Genangan air mulai terlihat di beberapa lokasi acara. Panitia menutupi barang-barang yang beresiko terkena air. Meja dan kursi yang sebelumnya di posisi luar, digeser masuk lebih kedalam tenda. "Wah, sampai kapan nih?" gugat seorang ibu yang nampak mulai resah dengan kondisi hujan yang mulai turun agak kencang sementara antrian masih lebih 50 nomor.

dokpri
dokpri
Ibu-ibu yang telah selesai imunisasi balitanya pun tampak mulai bingun dengan hujan yang turun sementar kendaraan untuk mengantar kembali ke rumah belum ada. Demi menghindari terpaan hujan kepada balita yang dibawa, sejumlah ibu berkerumun menghindari hujan sambil misuh-misuh dan mulai menghubungi penjemputnya.

Entah apa yang ada dipikiran panitia, acara yang dimulai dalam suasana mendung pun tetap dilaksanakan sesuai rencana awal mereka. Tidak ada terlihat kendaraan yang disiapkan sebagai antisipasi jika hujan deras tiba.

Panggung yang berisi pengeras suara tidak lagi mengeluarkan suara dari pembicara. Lagu-lagu diperdengarkan hingga mulailah biduan naik ke panggung  dan bernyanyi sambil di iringi joget. Peserta acara yang merupakan ibu-ibu dengan gendongan balita tampak lebih khawatir cara mereka pulang ke rumah ketimbang memperhatikan lagu yang didendangkan.

Benar saja, panitia memang tidak mempersiapkan kendaraan untuk mengantisipasi hujan. Kendaraan-kendaraan yang dibawa oleh panitia pun dipakai untuk mengantar sejumlah ibu dan balita. Bapak-bapak berpakaian batik dan batik korpri tampak lebih mengalihkan matanya ke arah panggung tempat biduan asik mendendangkan lagu. 

Sambil berjalan, terdengar suara "apa hubungannya dangdutan dengan biduan perempuan dan pentingnya imunisasi?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun