Sebagai driverperubahan, Jokowi sangat memahami bahwa perlu mengelola manajemen perubahan yang tangguh. Kelincahan (agility), daya tahan, disruptivemindset perlu dimiliki para "manajer" pemerintahannya sambil menciptakan kondisi yang juga memungkinkan kecepatan perubahan dilaksanakan. Ini juga yang dilakukan Jokowi dengan menyederhanakan ribuan peraturan yang menghambat proses perubahan yang sedang dipimpinnya. Banyak yang pihak, terutama orang-orang yang bercorak pikiran lama tentu akan terganggu dan berusaha untuk menghalaunya. Inilah panggilan bagi kita untuk terlibat bersama dalam perubahan dengan pertama kali merubah cara-cara lama yang melekat di diri kita.
Orang baik belum cukup,
Bukan hal mudah mengubah mentalitas penumpang yang terbiasa duduk manis mengikuti arah driver.Namun bukan juga hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Memilih, menentukan arah, memutuskan jalur, dan cepat mengubah jalur ketika menghadapi hambatan, dan berani mengambil resiko adalah mentalitas driveryang nampak makin perlu dibenamkan dalam masyarakat kita. Paham membaca situasi, tahu kondisi kendaraan, dan menguasai pengendalian adalah hal lain yang juga perlu menjadi landasan untuk mengubah cara mencapai tujuan.
Setidaknya, sebelum upaya mengubah mentalitas diri berhasil sepenuhnya, kita bisa merefleksikan hal ini sebagai dasar memilih driverbaik di tingkat lokal maupun nasional. Dengan cara demikian, kita bisa berharap pemimpin-pemimpin bermental driver tersebut menjadi motivator dan role model yang bisa menambah semangat perubahan dalam diri kita. Pemimpin yang tidak melulu bersandar pada dogma, dan terus menikmati dirinya sebagai passanger. Â Â
Memilih orang baik untuk diberi kepercayaan memimpin saat ini belum cukup untuk membawa perubahan. Kita butuh orang baik yang memiliki semangat dan totalitas perubahan. Perubahan yang bisa kita lihat dan rasakan, tidak sekedar bisa kita dengar dan baca melalui media massa.
Jawa Barat tentu memiliki banyak potensi pemimpin perubahan yang karena sistem politik tidak berhasil didudukkan sebagai calon pilihan pimpin. Kita bisa menaruh harap pada calon pemimpin Jawa Barat yang telah menunjukan bukti perubahan khususnya terhadap perbaikan kualitas sungai Citarum. Kita bisa menggunakan indikator kota yang pemimpinnya berhasil mengurangi buangan sampah di aliran Citarum misalnya sebagai dasar penilaian. Kita bisa juga menggunakan indikator konsep yang jelas dalam penanggulangan buangan sampah rumah tangga ke Sungai Citarum. Termasuk, kita juga bisa memberi indikator calon pemimpin yang mampu bekerja "not doing business as usual" menembus keterbatasan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Perlahan namun pasti, kita memang harus menandaskan restorasi dalam bidang politik agar calon-calon pemimpin perubahan bangsa ini mampu dimunculkan menjadi pilihan masyarakat dengan cara yang mudah dan murah oleh partai politik. Perubahan mentalitas, perubahan sistem yang menghambat, perubahan pengelolaan sumber daya perlu menjadi gerakan. Gerakan perubahan yang dijalankan bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H