Mohon tunggu...
Surya Ferdian
Surya Ferdian Mohon Tunggu... Administrasi - Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Menikmati Belajar Dimanapun Kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Raja Mewah Membawa Berkah

1 Maret 2017   18:43 Diperbarui: 3 Maret 2017   06:01 2117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

“Gairah Kunjungan Wisata Timur Tengah” menjadi narasi panjang pemberitaan republika. Judul berita Kunjungan Raja Salman Dongkrak Jumlah Wisman Timteng di Bali,” “Kunjungan Raja Salman Diyakini Bakal Berimbas pada Pariwisata Indonesia,” “Kehadiran Raja Salman Dorong Wisman Timur Tengah Datang ke Indonesia,”dan “Kunjungan Raja Salman Dapat Tingkatkan Wisatawan Timteng” merupakan narasi pentingnya pertumbuhan sektor pariwisata yang diharapkan dari kunjungan Raja Salman menurut Republika.co.id.

Sedangkan Kompas.com membangun narasi harapan di sektor energi melalui judul berita seperti “Kedatangan Raja Salman Momentum Tingkatkan Investasi di Bidang Energi,”“Indonesia Akan Manfaatkan Kunjungan Raja Salman untuk Tarik Investasi,”dan“Arab Saudi Susul Produsen Minyak Lain Bidik Investasi ke Indonesia, Terlambatkah?”

Disamping investasi, pariwisata dan energi, kedua media nampak kompak untuk mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk membicarakan soal ganti rugi kompensasi kasus crane beberapa tahun 2015 lalu. Keduanya juga kompak juga dalam membangun narasi pentingnya Indonesia menegosiasikan kenaikan kuota haji dari Indonesia.

Kedua media menggunakan istilah yang sama “investasi” dalam kaitannya dengan harapan adanya modal yang dibawa oleh Raja Salman dan rombongannya. Dalam pandangan demikian maka modal yang diharapkan akan ditanamkan di Indonesia merupakan modal yang juga termasuk untuk membiayai resiko bisnis yang dijalankan. Artinya, tidak ada keharusan untuk mengembalikan modal tersebut apabila di kemudian hari ternyata bisnis tidak berjalan dengan semestinya.

Harapan-harapan soal kerja sama dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan sebagainya juga dinarasikan oleh kedua media. Keduanya pun membangun narasi positif terhadap rencana kerja sama bidang pendidikan dan kebudayaan Indonesia-Arab. “Islam Garis Keras” dan narasi negatif lainnya hilang dari narasi harapan kerja sama di kedua bidang tersebut.

Cara Pandang Negeri Dunia Ketiga

Narasi pemberitaan yang dimulai dengan gambaran betapa kuatnya negara lain seperti Arab Saudi menjadi ciri khas negara yang merasa dirinya lemah dan memerlukan bantuan negara lain. Walaupun bantuan yang diterimanya berbentuk utang yang harus dikembalikan dan pada prakteknya pun akan menjadi beban tersendiri bagi anggaran negara. Begitu pula dengan narasi harapan-harapan besar akan adanya modal yang mengalir dari kunjungan pemimpin negara besar ke Indonesia. Ujaran Presiden RI, Joko Widodo, “Utang itu tidak apa-apa asal dipakai untuk produktivitas, untuk hal-hal yang produktif,” (http://bit.ly/2mcG8wJ) nampaknya menjadi arah kebijakan hutang Indonesia.

Dari pemberitaan yang dilakukan oleh kedua media tersebut, sangat terasa inferioritas Indonesia dihadapan negara-negara besar seperti Arab Saudi. Indonesia seolah dibuat takjub dengan kekayaan negara lain. Kita dibuat terkesima dengan kuasa negeri lain sampai harus menyiapkan sedemikian rupa kunjungan pemimpin negara lain, sedangkan kunjungan pemimpin negeri sendiri sangat jarang diberitakan soal persiapan yang begitu hebat dari negara yang dikunjunginya.

Narasi perang di Yaman dan Suriah yang oleh sebagian kalangan dikaitkan dengan Arab Saudi sebagai kritikpun tidak mendapat porsi yang sama besar ketimbang harapan-harapan khas negara dunia ketiga. Parade pemberitaan yang memuja-muji negara besar sepertinya menjadi keharusan agar para penguasa negeri itu mau “membantu” Indonesia. Bukan hanya terhadap kunjungan Raja dan Rombongan dari Arab Saudi. Kita juga pernah menyambut dengan cara yang sama terhadap kedatangan Presiden Amerika.

Sebagai sahabat, wajar jika kita menyambut kedatangan sahabat dengan persiapan yang baik. Namun, sahabat tidak makan sahabat,kalau merujuk ujaran generasi muda kita J).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun