Setelah daging dan organ-organnya terpisah, lalu ditimbang, dibungkus, dan dibagikan. Tulang dan jeroan diserahkan ke ibu-ibu yang akan mengolahnya menjadi gulai.
Jika nasi sudah matang. Gulai pun sudah jadi, maka seluruh warga pun siap santap siang bersama. Tentu saja diawali doa yang dipimpin seorang ustad.
Itulah "pesta" rakyat tahunan yang menjadi tradisi turun-temurun di kampung kami. Hari itu seluruh desa diliputi suasana gembira ria. Anak-anak bermain bersama dengan riangnya. Para orangtua pun ngobro penuh canda ria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H