Mohon tunggu...
Sang Sing Sung
Sang Sing Sung Mohon Tunggu... -

Apa yang harus kutulis bila kita hanya bersandiwara...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ocehan Untuk Baginda, Pemimpin Bangsa

1 November 2011   10:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:12 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat pagi, siang, malam pemimpinku, ku sapa baginda dengan sapan ramahku, ku jumpai dengan pakai “termewah”ku yang ku semprot dengan parfum termahal yang masih bisa kujangkau, karena itu inginmu yang akan membuatmu tersenyum, lesung pipimu menyempit, rongga dadamu membusung dan baginda berkoar pada dunia bahwa bangsamu telah sejahtera. Indeks pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi rendah bla...bla...bla,

Pemimpinku, di balik senyummu yang tersungging penuh kebanggaan itu kukabarkan kepadamu baginda bahwa baju rapi itu baru saja kupakai demi untuk menghormati baginda, kuceritakan bahwa seharian aku habis bermain lumpur bersama petani hingga meratap di pinggir-pinggir sawah yang kekeringan, menengadahkan tangan di hadapan penguasa maha penguasa, Tuhan kita yang katanya masih kita yakini.

Kukabarkan pula bahwa ada berita yang menyayat hati ini yang datang dari pelosok Nusa Tenggara sana beberapa waktu yang lalu, negerimu yang pernah kamu kunjungi yang kabarnya untuk menyambutmu saja menghabiskan milyaran rupa sempat banyak yang kelaparan,,, entahlah kalau masih ada?

Baginda, tengoklah mereka yang tak terlalu jauh dari istanamu, tinggalkan mobil mewahmu,,, berjalanlah beberapa ratus meter saja !!! tidak kah hatimu tersentuh

Atau tengoklah ribuan pekerja yang mengais sampah demi sesuap nasi, apakah hatimu belum juga tersentuh? Atau anak-anak yang putus sekolah demi mendapatkan koin 1-2 gopek di pinggir-pinggir jalan saat lampu merah menyala!

Baginda,masih belum tersentuh juga!

ku kabarkan lagi jutaan petani di negeri ini dengan pendapatan minim, akibat gagal panen, harga pupuk yang melambung hingga ada yang menjadi “budak” rentenir...

Baginda oh Baginda...

Harapanku mungkin terlalu besar, karena kuyakin engkau tak punya taji di depan rakyatmu, bukan karena engkau tak cakap, bukan?  ku sadar bangsaku memang bangsa yang “bandel”, tak mungkin engkau merangkul semua kepentingan itu, mereka masih asyik dengan permainan piciknya untuk mengelabui sesama bangsanya... ah jangan-jangan baginda juga demikian, meski harapanku tidak!!!

Aku tak bermimpi baginda seperti Umar bin Khatab, Umar bin abdul aziz, hingga Ali tidak!!!, kutak juga terlalu berharapterlalu ekstrim seperti Ahmadinejad!

Jangan terlalu percaya pada mereka (penjilatmu) yang pintar bermain dengan Angka-angka yang suka mengelus-elus dengan laporan ABS, adakalanya baginda harus percaya tapi di saat lain baginda harus mendengar suara hati rakyatmu. Kalau perlu curiga!

Ah ini hanya ocehan rakyat kecilmu. Sudahlah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun