Anggaran yang digelontor dari pusat pun tak sedikit, triliunan rupiah. Jumlah yang sepadan dengan paras Labuan Bajo kini.
Meminjam lontaran Presiden Joko Widodo: "Labuan Bajo ini komplit. Budaya ada. Pemandangan sangat bagus. Pantai cantik. Apa sih yang masih kurang dari Labuan Bajo?".
Lontaran ini tidak mengada-ada. Soal paras dalam kota Labuan Bajo misalnya, semua sudah tampan. Semua indah.
Soal seni dan budaya, Manggarai Barat memiliki kekhasannya sendiri. Salah satu yang populer adalah Tarian Caci. Tentu masih banyak juga yang lainnya.
Soal pantai, jika Bali tenar dengan pasir putih Pantai Kuta, maka Labuan Bajo memiliki Pink Beach. Ada juga Taka Makasar, semacam pulau timbul yang tak kalah menggoda.
Tentang spot dengan view indah, Labuan Bajo jangan dianggap remeh. Untuk menyaksikan sunrise dan sunset misalnya, Labuan Bajo surganya.
Yang paling populer misalnya ada Pulau Padar, Bukit Cinta, hingga kawasan Puncak Waringin. Bahkan kawasan Puncak Waringin, merupakan salah satu spot paling indah untuk menikmati sunset, siluet pulau-pulau, hingga siluet ratusan kapal pinisi di perairan Labuan Bajo.
Menyempurnakan semuanya itu, Labuan Bajo memiliki 'kekuatan tersembunyi' yang tidak dimiliki daerah lain bahkan negara manapun di dunia. Dan kekuatan tersembunyi ini yang menjadi magnet utama Labuan Bajo.
"Di dunia yang gak ada, gak ada di tempat lain itu gak ada. Yaitu komodo, yang ada di Pulau Komodo. Kekuatan ini yang harus kita pakai untuk menyejahterakan rakyat," kata Presiden Joko Widodo, dalam kunjungannya ke Labuan Bajo, Juli lalu.
Nah, jika sudah seperti ini, bukankah Labuan Bajo benar-benar layak diberi label destinasi wisata super premium?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H