"Sehabis ini kita ke pemandian, ya. Konon katanya pemandian ini tempat mandinya dayang-dayang istana kerajaan Padjajaran," demikian pengasuh CLICKompasiana, Muthiah Alhasany, menjelaskan. Terbayanglah di dalam benak saya pemandian Taman Sari di Yogyakarta yang terkenal misterius nan indah.
Untuk mencapai pemandian tersebut kami harus kembali turun ke bawah. Ada sebagian yang mengambil rute agak menantang, ada pula yang mengambil rute jalan aspal yang memutar.
Setelah semua peserta berkumpul di lokasi pembangunan underpass Batutulis, salah seorang pekerja di sana mengarahkan kami menyusuri rel kereta sekitar 50 meter lalu menyebrang ke salah satu sisi bukit. Dari sana tampak undakan semen yang mengarahkan kami ke situs pemandian. Begitu sampai, apa yang saya bayangkan berupa pemandian Taman Sari, Keraton Jogja buyar seketika.
Pemandian itu lebih tepatnya disebut Mandi-Cuci-Kakus (MCK). Hal ini mengingatkan saya akan villa milik paman saya di daerah Barru, Sulawesi Selatan. Di depan villa tersebut terdapat pohon keramat yang memiliki mata air yang sangat jernih. Air tersebut pernah diteliti oleh ilmuwan dan dinyatakan sangat aman dikosumsi warga. Maka dibangunlah MCK tak jauh dari mata airnya.
Mungkin dikarenakan mendatangkan barokah pemandian ini diberi nama Ci Fulus, sekaligus dibangunkan mushola untuk beribadah.
Sekitar 2 (dua) meter dari pipa dengan air yang memancur ke bawah, terdapat bilik dengan toilet jongkok di dalamnya. Disamping toilet itu terdapat bilik pemandian yang disekat berdasarkan gender. Lalu tepat diturunan tangga mushola itu berdiri.
Jika ingin mendapatkan barokah dari pemandian Ci Fulus kuatkan niat sebelum mandi. Menurut penjaganya, tidak ada ritual khusus untuk mendapatkan fulus. Jika niat sudah terpatri, serta raga bersih terbilas air sebagaimana beningnya air pancuran Ci Fulus, tunaikan ibadah barang 2 (dua) rakaat di musholanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Demikian yang disampaikan di penjaga situs pemandian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H