Profesi semacam penyelam beresiko kehilangan nyawa. Saat memasuki air laut yang dingin, para penyelam memiliki kesempatan menderita hipoksia. Suhu dingin di kedalam laut berpotensi memerangkap seseorang untuk kehilangan kadar oksigen pada tubuh.
Kekurangan kadar oksigen ini mengakibatkan sel dan jaringan tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. Akibatnya, keluhan dan gejala ektrem terjadi, dengan kemungkinan lumpuh atau kehilangan nyawa.
Resiko lainnya adalah hipotermia. Terlalu berlama-lama di dalam dinginnya air laut mengakibatkan turunnya suhu tubuh secara drastis. Jika sudah mencapai di bawah 35 derajat, seseorang akan sulit bergerak hingga kehilangan kesadaran. Dampak paling berat berupa gagalnya jantung dan otak berfungsi secara normal, serta kematian.
Ada beberapa resiko lainnya para penyelam menjalani profesinya. Resiko kesehatan ini tidak sebesar yang dialami oleh para pekerja kantoran di depan layar monitor, atau penggila gim elektronik yang tengah mengejar poin.
Setidaknya, tubuh para penyelam akan mengalami tekanan air laut. Semakin dalam tubuh mereka menyelam, semakin besar tekanan yang dihasilkan oleh air laut tersebut. Hal ini memberi dampak traumatis pada tubuh, minimal pada bagian telinga.
Ketika penyelam terburu-buru keluar ke permukaan air laut, hal itu juga memberi dampak pada keseimbangan tubuh mereka. Para penyelam akan merasakan pusing, mual, rasa sakit dan berdenging pada bagian telinga.
Selain itu, jika terlalu cepat keluar ke permukaan air dapat mengakibatkan tubuh melepaskan nitrogen dan menghasilkan gelembung udara yang menyumbat pembuluh darah.
 Akibatnya, dada terasa sakit, nyeri pada persendian, dan kesulitan bernafas. Resiko lecet atau luka juga cukup besar. Kontur permukaan dasar laut tidak semulus lantai kantor ataupun rumah. Lantai dasar laut dipenuhi bebatuan dan terumbu karang, serta mahluk-mahluk laut bergigi dan berduri tajam.
Konflik akibat terhambatnya pelanggan atas data internet tidak sepantasnya merendahkan para penyelam. Mereka memiliki tanggung jawab yang nilainya tidak dapat diukur dengan uang.
Video yang hadir di media sosial tersebut seharusnya menjadi bahan edukasi yang tepat. Tidak hanya penyelenggara jaringan internet Indonesia saja yang rentan akan gangguan massal. Di seluruh dunia pun memiliki problem infrastruktur yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H