Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ubah Perilaku dengan Membaca Buku, Bukan dari Konsumsi Berita Penuh Sensasi

4 November 2021   23:08 Diperbarui: 4 November 2021   23:22 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah kamu kalau pergantian nama perusahaan Facebook, Inc. oleh Mark Zuckenberg menjadi Meta berkaitan dengan aktivitas tanpa batas di dunia internet?

Lebih tepatnya, Zuckenberg tidak ingin publik hanya mengetahui perusahaan miliknya itu hanya sebagai aplikasi media sosial semata. Tetapi lebih dari itu, sebagai platform terintegrasi dari berbagai produk dan aplikasi buatan mereka, yang makin memudahkan penggunanya berkumpul, bekerja, belajar, bermain, berbelanja, dan berkreasi.

Pencipta Facebook itu juga menegaskan bahwa takkan ada perubahan pada pengoperasian aplikasi milik mereka, meski nama perusahaan telah berubah.

Justru yang musti berubah adalah, perilaku penggunanya agar konten yang dibagikan lebih efektif, efisien, dan berdampak positif bagi kebutuhan pribadi dan lingkungan sekitar.

Perubahan Prilaku Dimulai dari Membaca

Sensasi masih menjadi nilai jual yang ditawarkan pengguna internet. Sehingga, seringkali publik dunia maya membuat framing di dalam kontennya, atau mengejar keterbaruan berita tanpa penyelidikan lebih lanjut, demi mendapat status "paling pertama", dan "sensasional" dalam pemberitaan.

Disadari atau tidak, berita-berita sensasional bisa menjadi toksik, dan mempengaruhi mood bagi pembacanya. Berita-berita tersebut sayangnya dapat publik ikuti tiap jam dan tiap menit melalui saluran media yang tersedia. Yang kemudian, dapat membuat kecanduan.

Sistem saraf akan bekerja mempengaruhi otak agar melepaskan hormone stress dari tubuh. Kelelahan, kecemasan, depresi, dan sulit tidur adalah gejala paling nyata ketika berita sensasional sudah sedemikian berpengaruh.

Pengaruh ini jika dibiarkan dalam waktu yang sangat panjang akan menciptakan kondisi rawan sosial. Jangka pendeknya, orang merasakan apatis, tidak memiliki minat mengembangkan potensi diri, menganggap semua orang sama saja, mudah kehilangan semangat, atau malas meningkatkan wawasan dengan membaca.

Disprupsi Teknologi Digital dan Pengaruhnya pada Minat Baca

Disrupsi yang dihasilkan teknologi digital mengubah banyak hal. Termasuk di dalamnya kepercayaan orang terhadap berita yang disampaikan melalui media-media digital.

Cepatnya suatu berita sampai kepada penikmat teknologi digital dianggap mampu menggantikan peran buku sebagai sumber pengetahuan. Padahal, tidak sama sekali.

Membaca buku adalah aktivitas dasar di dalam belajar. Di dalam buku terdapat ide dan panduan memahami realitas sesungguhnya di balik berita-berita sensasional yang beredar. Artinya, semua proses memahami realitas musti diawali dari proses membaca. Sehingga seseorang memiliki sikap skeptis dan tidak mudah percaya begitu saja atas penyebar berita yang tidak memiliki tanggung jawab moral.

Membaca merupakan kegiatan yang dapat memperkaya pengetahuan serta wawasan. Dengan membaca juga watak dan sikap kita dapat terbentuk yang menyebabkan pengetahuan bertambah.

Peran Lingkungan Menumbuhkan Minat Baca 

Mengutip dari Blog IndiHome, minat baca seseorang bisa ditanamkan semenjak usia 0 hingga 6 bulan. Jika rutin ditumbuhkembangkan, anak secara bertahap terlatih membangun kedekatannya dengan orangtua, meningkatkan kemampuan berbahasanya, melatih daya ingat, mengembangkan imajinasinya, hingga memiliki nilai-nilai moral.

Dalam hal ini, IndiHome sebagai penyelenggara internetnya Indonesia telah memfasilitasi pelanggannya dengan paket internet yang ramah bagi untuk menambah minat baca. Mulai dari paket pelajar hingga paket jurnalis yang baru-baru ini diluncurkan.

Sebagai bagian dari penyampai informasi kepada anak, orangtua musti mengatur penggunaan gadget bagi mereka. Pastikan gawai yang digunakannya memberi asupan berita-berita positif, yang mampu menambah minat mereka untuk membaca buku.

Para pekerja media juga semestinya menyadari posisi mereka sebagai bagian dari sistem beredarnya berita dan informasi kepada publik. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana yang positif dengan konten-konten yang membangun ketimbang sensasi semata. Karena konten yang dibuatnya dianggap legal secara hukum, serta menjadi referensi bagi konten-konten berikutnya.

Berita yang positif akan menghadirkan lingkungan yang positif. Jangan sampai berita yang diproduksi justru menambah stress pembacanya, yang berakibat langsung pada mandeknya minat baca publik, khususnya pada anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun