Kolang Kaling terdengar seperti perangkat terbang helikopter. Pertama kali mendengarnya saat kecil serasa ingin terbang. Kehadirannya di rumah selalu berbarengan dengan kehadiran bulan suci Ramadhan.
Itu dulu, sekarang susah sekali saya temukan makanan kenyal itu tersajikan di waktu berbuka. Kalau saya tanya ke ibu kenapa gak bikin kolang kaling? Jawabannya pasti, gak ada di pasar.
Entah kenapa di rumah tak lagi tersaji makanan pembuka puasa berbentuk cemilan pipih nan licin itu. Bertahun-tahun sudah tak nampak. Seakan kolang kaling tidak lagi menjadi takjil khas keluarga.Â
Sewaktu kecil dulu, orang-orang di rumah selalu membuat beragam cemilan buka puasa. Ada bakwan, risol, pisang ijo, dan lainnya. Tapi yang menarik perhatian saya pertama kali adalah kolang-kaling. Kadang cemilan itu dicampur dengan potongan-potongan pisang, dan dilumuri cairan tepung manis. Atau, kolang kaling itu dicampur dengan buah kaleng dan sirup manis. Segar dah rasanya.
Anggota keluarga yang lain boleh lah ambil terlebih dahulu bakwan, risol, atau pisang ijo buat mereka santap terlebih dahulu di kala berbuka. Tapi jangan sampai ambil kolang kaling itu dari saya. Dia adalah khusus bagi saya menjalani puasa Ramadhan.
Serba-Serbi Kolang Kaling
Melalui penelusuran di Wikipedia, kolang kaling memiliki namanya sendiri dalam bahasa belanda "glibbertjes", yang berarti benda-benda kecil dan licin. Aslinya, benda-benda ini berasal dari biji pohon aren. Untuk mengeluarkannya bijinya, buah aren terlebih dahulu dipanen dan direbus untuk menghilangkan getahnya, lalu bijinya dipisahkan dari buahnya yang berbentuk pipih dan berwarna putih itu.
Karena begitu digemari masyarakat terutama saat bulan Ramadhan, kolang kaling ini sempat hadir di pasaran dalam kondisi berformalin. Ciri-cirinya mudah dikenali kalau pembelinya jeli mengamati, diantaranya adalah bentuk kolang kaling berformalin kenyalnya lebay. Kalau kolang kaling asli kenyalnya agak keras alami, begitu katanya.
Kolang kaling berformalin memang awet dan tahan lama, namun berbahaya bagi kesehatan. Aslinya, jika disimpan di suhu ruang selama satu atau dua hari kolang kaling akan menjadi basi.
Yang paling gampang dikenali adalah justru ketika berbelanja di pasar. Kalau kelihatan bahwa kolang kaling yang dijual pedagang tidak didekati lalat, besar kemungkinan dagangannya tersebut memiliki kandungan formalin.
Sekiranya kolang kaling dijual dengan cara yang baik, benar, dan halal, tentu akan memberi efek yang baik pula bagi kesehatan. Kandungan di dalamnya terdapat berbagai macam mineral seperti protein, karbohidrat, kalsium, vitamin, potasium, zinc, zat besi, antioksidan, dan antiflamasi.