Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kacau "Friendshit" sebagai Miniseri

4 Maret 2021   22:42 Diperbarui: 6 Maret 2021   06:33 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan "Friendshit". Sumber : sindonews.com

Friendshit memiliki dua suku kata dari kata asing, "friend" dan "shit" (suku kata terakhir ini memiliki makna negatif sehingga seringkali salah satu huruf vokalnya diberi tanda asterisk). Penggabungan dua suku kata tersebut menciptakan makna yang sungguh kacau, karena terciptanya pemaknaan yang sulit dibedakan antara pertemanan yang memiliki nilai positif, dengan sh*t yang memiliki arti lain dari kebohongan, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak berharga, dan kehinaan.

Namun bagi pembaca novel daring, "Friendshit" adalah fenomena. Dibaca oleh lebih dari 50 juta penggemar kisah-kisah romantis, hingga kemudian diadaptasi sebagai sebuah miniseri berjudul sama oleh penyedia layanan video on-demand (VoD), Genflix.

Kehadiran adaptasi novel sukses ini tak terlepas dari strategi bisnis Genflix untuk makin mendekatkan diri dengan para pelanggannya. Platform asli milik lokal tersebut mengikuti tren serial ringkas berdurasi cepat yang makin digandrungi kalangan penonton daring Indonesia. Secara jelas saya saksikan penampakan halaman awal Genflix yang menyediakan banyak pilihan miniseri yang tampak baru dan menarik dari sisi judul. 

Miniseri milik Genflix adalah konten ekslusif yang diproduksi sendiri. Pilihannya kian terus bertambah. Diakui bahwa total durasi film dan miniseri mereka mencapai 10.000 jam. Salah satunya "Friendshit".

Kisahnya sendiri bercerita tentang persahabatan dua insan berbeda jenis kelamin antara Arlan (cowok) dan Kana (cewek).  Keduanya bersahabat semenjak dari kecil, ketika Arlan kehilangan ayah, ibu, dan sang adik dalam sebuah kecelakan mobil.

Arlan yang hidup bersama neneknya terus dirundung kesepian hingga kemudian datang Kana menawarkan donat untuk dimakan bersama. Semenjak itu, wajah Arlan yang diselimuti rasa sedih berganti cerah merona bagai mentari pagi.

Persahabatan itu terus berlanjut hingga Arlan dan Kana menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Di miniseri nya sendiri mereka kuliah di kampus yang sama. Namun persahabatan mereka berdampak pada persepsi orang-orang di sekitarnya tentang hubungan yang sedang mereka jalani. Mulai dari orangtua Kana, tetangga rumah, kekasih Arlan, dan teman-teman kampus, merasa bingung dengannya.

Hingga kini tayangan "Friendshit" di platform Genflix mencapai 6 (enam) episode. Berdurasi masing-masing sekitar 10 menit, miniseri tersebut menampilkan potongan-potongan hubungan antara Arlan dan Kana dengan dampak yang dirasakan lingkungan sekitarnya tersebut.

Poster
Poster "Friendshit". Sumber : Genflix
Miniseri ini sebenarnya dibuat dengan sudut perspektif komedi. Dibandingkan menjadikan donat sebagai benang merah yang memperkuat persahabatan nan kacau Arlan-Kana, subjek-subjek yang pada umumnya dianggap serius atau tabu bagi sebagian besar masyarakat Indonesia justru lebih sering tampil.

Persahabatan berbeda jenis kelamin ini begitu intim. Saking dekatnya, mereka merebahkan diri di atas kasur dan selimut yang sama. Perihal ini juga yang menjadi soalan kekasih Arlan, Selly namanya. Ia berkonsultasi dengan teman-temannya dan berakhir dengan kesimpulan untuk memberikan layanan seks kepada Arlan agar melupakan Kana, meskipun baru berupa usulan.

Hal inilah yang menurut saya pribadi sumber kacaunya "Friendshit" sebagai miniseri remaja (TV-14). Alih-alih komedi biasa, serial ini bisa dikatakan mengandung komedi gelap (dark comedy -- karena menampilkan hal yang dianggap serius dan tabu tadi).

Saya mengikuti tiap episode miniseri ini seperti halnya turis yang mendatangi suatu lokasi. Tanpa asumsi macam-macam. Enam episode tanpa jeda dengan total keseluruhan satu jam saya habiskan saat itu juga via platform  Genflix. Ketika pertama kali melihat judulnya saya langsung tertarik untuk membuka serial ini.

"Friendshit" dalam bayangan saya dipenuhi adegan berantem-berantem manja dua insan yang mengaku sahabat. Sebuah hubungan ambigu antara cinta dan tak mau kehilangan. Tapi saya tidak menemukan itu secara eksplisit di sepanjang episode yang saya tonton. Saya lebih banyak melihat dampak yang dihasilkan persahabatan mereka kepada orang-orang disekitarnya.

Pertemanan yang kacau justru tidak terfokus antara Arlan dan Kana. Saya malah melihat mereka baik-baik saja. Apalagi kedua orangtuanya merestui Arlan tidur disamping Kana, dan selalu mengajak keduanya untuk menikah.

Solusi selalu tersedia bagi Arlan-Kana, namun tidak bagi hubungan keduanya dengan teman-teman, kekasih, maupun tetangganya. Sehingga bagi saya, filler cerita "Friendshit" tampak kasar dan dipaksakan.

Dibalik kekurangan tentu ada kelebihan. Serial yang dibintangi Ian Meyer dan Sonya Soraya ini kuat pada bagian colour palette yang dipilih sang sutradara. Pewarnaannya tampak cermat dan terasa segar.

Sudut pengambilan gambarnya juga dibuat sedemikian rupa agar para pemeran menampilkan ekspresi maksimal kepada penonton. Konsepnya jauh lebih baik dibandingkan sinetron kejar tayang Indonesia, meski dari segi audio masih minim.

Dibalik masih banyaknya kekurangan di dalam miniseri ini, setidaknya masih ada kemungkinan industri hiburan Indonesia mulai mengalami pergeseran selera, yang menurut saya lebih sinematis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun