Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecil-kecil Pintar Berbuat Baik, "Nussa dan Rara" Sesuai Moral Pancasila

14 Januari 2021   17:27 Diperbarui: 14 Januari 2021   17:30 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NUSSA : BELAJAR BERDAGANG. Sumber: Youtube akun "Nussa Official"

Semenjak mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dihapus dari kurikulum pelajaran sekolah, pemerintah tidak lagi memonopoli ide tentang model manusia Pancasila. Seluruh ide tersebut dikembalikan kepada publik, terserah publik mengintepretasikan model manusia yang cocok dan berkesesuaian dengan 5 (lima) sila di dalamnya.

Sebagaimana kebebasan berserikat yang dituang di dalam undang-undang dasar negara, semua kelompok masyarakat kemudian menciptakan model manusia Pancasila-nya sendiri-sendiri. Ada yang berkelompok berdasarkan kesamaan agama, suku, hingga pada kesamaan bisnis.

Ketika generasi Indonesia haus akan nilai-nilai moral sebagai bangsa besar, hadir Nussa dan Rara. Keduanya menyapa penonton kanal Youtube dan memanjakan mata dengan tingkahnya yang manis, lucu, dan gregetan.

Kebetulan saja Nussa dan Rara berpakaian sebagaimana yang diajarkan kedua orangtuanya yang religius. Sopan dan tertutup. Nussa yang disablitas mengenakan gamis dan penutup kepala bernama kopiah. Sedangkan Rara mengenakan gamis dan hijab lucu berwarna merah jambu. Apa yang diajarkan orang tua Nussa dan Rara tidak ada larangannya di dasar negara kita, Pancasila.

Meski masih kecil, Nussa dan Rara mengajarkan kebaikan kepada penontonnya. Hebat sekali mereka berdua itu. Seperti halnya di dalam episode NUSSA : BELAJAR JUALAN yang tayang pada 30 Oktober 2020 lalu.

Suatu ketika kedua anak kecil itu memiliki misi berjualan kue cubit di sekolahnya. Diawal jualan, mereka mendapatkan untung yang besar. Betapa senangnya.

Tapi namanya usaha pasti ada persaingan. Datang kemudian Abdul dan Syifa yang menjajakan dagangan berupa agar-agar jelly dan kue cubit. Kue buatan Abdul dan Syifa memiliki perbedaan dengan kompetitornya. Kuenya tersebut memiliki rasa dan isi cokelat yang "lumer di mulut".

Rara ternyata memiliki insting berdagangan yang baik, ia segera melakukan teknik pemasaran agar menarik perhatian pendatang. Abdul pun tak mau kalah dengan Rara dengan melakukan hal serupa. Melihat keduanya yang berkelakuan aneh, Nussa dan Syifa hanya bisa bersabar.

Singkat cerita, strategi penjualan Rara berhasil. Kue cubit jualannya ludes dibeli pembeli, dan menyisakan 3 (tiga) boks. Rara mencegat Pak Ucok yang berlogat Batak sebagai upaya pamungkas. Tapi persoalannya, Pak Ucok ingin membeli 5 (lima) boks kue cubit.

Di tengah polemik tersebut, Nussa berinisiatif mengajak Syifa dan Abdul untuk memenuhi kekurangan boks kue cubit mereka. Keduanya setuju sehingga meraup keuntungan bersama. Sebagai rasa terima kasih, Abdul dan Syifa memberikan mereka agar-agar jelly gratis sebagai imbalan.

Nussa  yang merasa khawatir akan membuat rugi dagangan sahabatnya itu dijawab Syifa dengan bijak, "nggak lah. Kita kan berjualan nggak cuma cari untung, tapi juga cari berkahnya."

NUSSA : BELAJAR BERDAGANG. Sumber: Youtube akun
NUSSA : BELAJAR BERDAGANG. Sumber: Youtube akun "Nussa Official"
Sesederhana itu kebaikan berdagang yang mereka pertontonkan. Tidak ada selipan propaganda politik atau tindak pidana kriminal apapun. Hanya ajaran untuk menjadi anak yang Amanah, Jujur, dan Terpercaya berdasarkan pesan Nabi yang bernama Muhammad.

Tontonan sederhana berdurasi 6 menit 29 detik itu memiliki  jumlah penonton hingga mencapai 11juta lebih. Pesan moralnya sangat tinggi dan bermutu dibandingkan mode pakaian yang digunakan Nussa dan Rara.

Kalau kata Ustadz Adi Hidayat, benda yang dipakai seseorang tidak memiliki nilai hukum. Hukum hanya berlaku atas tindakan pemiliknya. Lalu apakah Nussa dan Rara yang menjalani hidup penuh nilai-nilai moral bersalah karena pakaian tertutup dan sopan yang dikenakannya?

Dahulu, ketika zaman Orde Baru, pakaian semacam jilbab dan kerudung dilarang oleh pemerintah. Zaman berganti dengan diperbolehkannya wanita Indonesia secara khusus dan warga pada umumnya mengekspresikan ke-pancasilaan-nya dengan mode pakaian apapun.

Isu terkait mode pakaian ini pun kembali terangkat ke permukaan dalam beberapa dekade terakhir. Hanya karena klaim lebih Pancasilais sekelompok seleb medsos partisan menghakimi anak-anak kecil baik hati itu dengan tudingan memiliki keterkaitan dengan kelompok ormas tertentu, hanya dari pakaiannya.

Tuduhan sebagai mode pakaian gurun pun menyambar bagaikan petir di siang bolong. Padahal, kaum yang tinggal di gurun pasir memiliki mode pakaian yang tidak sama persis dengan yang dikenakan Nussa dan Rara.

Ketika penanggung jawab produksi Nussa dan Rara muncul menjelaskan, isu negatif itu melebar kemana-mana. Mulai dari tidak mengusung keberagaman, tidak sesuai budaya Indonesia, overproud, dan lain sebagainya. Politis sekali.

Indonesia memiliki ratusan budaya, penganut agama yang beragam, dan bahasa daerah yang berbeda-beda. Nussa dan Rara yang akan hadir di layar lebar memiliki segmentasi penontonnya sendiri. Tidak sesuai dengan selera segmen kelompok tertentu tidak otomatis menjadikan film ini berseberangan dengan budaya Indonesia. Karena isi cerita mereka berbasis kepada nilai-nilai kebaikan universal, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya.

Nilai moral Pancasila bukan lagi monopoli kelompok tertentu. Dulu, bangsa ini belajar bagaimana berbahayanya ide yang sudah usang itu: mengklaim lebih pancasila dari orang lain. Padahal, pemerintah telah memberikan jaminan dan kebebasan warganya untuk mengekspresikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kata-kata negatif memang memiliki kemampuan layaknya angin puting beliung. Jika dibiarkan membesar akan menghancurkan banyak kebaikan, termasuk karya anak bangsa sendiri. Maka sudahi polemik ini dengan membuka ruang-ruang dialog yang lebih santun dan mengangkat karya kreatif anak bangsa agar dikenal oleh dunia. Agar bangsa ini dapat berkembang pesat sebagai bangsa yang besar secara harfiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun