Sebuah film berjudul "99 Nama Cinta" menemukan waktu untuk mempublikasikan trailer dan poster film mereka kepada publik. Hal ini bukan sesuatu yang aneh pastinya, karena semua rumah produksi akan melakukan hal yang sama untuk menarik minat penonton tanah air. Tapi, nama judulnya seakan diambil dari angka yang berhubungan dengan Asma al-Husna (nama-nama sifat Allah yang baik).
Kafe Beranda Kitchen yang terletak di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dipenuhi jurnalis dan narablog demi melakukan liputan trailer dan poster film saat itu (10/10/2019). Diakui sang sutradara, Danial Rifki, film yang digarapnya tidak termasuk genre religi. "99 Nama Cinta" memiliki tema kisah kasih sayang yang digandrungi kaum muda-mudi nusantara. Kisahnya sangat santun, dengan menuturkan romansa sepasang insan yang tengah dilanda cinta.
Ada perasaan sayang, cemburu, dan rindu ingin saling berjumpa. Semua disajikan dalam kesantunan, baik dari segi adegan maupun dialog. Hal ini dijamin oleh sang sutradara.
Sinopsis
Drama 99 Nama Cinta bercerita tentang seorang perempuan metropolitan yang mandiri dan ambisus bernama Talia (diperankan Acha Septriasa). Ia selalu menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan terkenal dan terpandang. Dalam hidup Talia hanya ada kepentingan dirinya pribadi, tanpa pernah mempedulikan kebutuhan orang lain.
Profesinya di dunia jurnalis dan hiburan televisi menjadikannya sangat ambisius. Talia menjadi presenter sebuah program infotainment sekaligus produsernya. Sebagaimana kebutuhan informasi dari objek pemberitaannya, Talia menjadi begitu obsesif dan mengesampingkan moralnya.
Kehadiran Kiblat (diperankan Deva Mahenra) di dalam kehidupan Talia kembali memberikan nilai-nilai moral yang dahulu ditinggalkan Talia. Kiblat sendiri adalah seorang ustaz di pesantren yang terletak di pedalaman Kediri, Jawa Timur.
Meski seorang ustaz, Kiblat terkenal gaul. Kepribadiannya mempresentasikan bahwa hidup ini butuh sosok yang bisa melebur dengan berbagai aspek lingkungan untuk mengajarkan kebaikan demi kebaikan yang sebenarnya kebutuhan dasar hidup seseorang yang memiliki akal pikiran.
Perbedaan latar belakang antara Kiblat yang soleh dan Talia yang ambisius menjadikan keduanya menjalani interaksi yang naik-turun dan menarik untuk disaksikan. Karena, skenario film ini ditulis langsung oleh sang maestro dunia perfilman, Garin Nugroho.
Penutup
Pertanyaan tentang sikap selebritas atau jurnalis infotainment perlu meninggalkan pekerjaannya setelah berinteraksi dengan orang-orang soleh seakan ditampung juga di dalam cerita "99 Nama Cinta" ini. Angkanya yang diusung hampir mencapai nilai seratus, yang berarti ada banyak pesan yang mungkin bisa digali dari film ini.