Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Penelusuran "Making Indonesia 4.0" Melalui Kunjungan ke PT Mayora Indah Tbk

31 Juli 2018   13:00 Diperbarui: 31 Juli 2018   13:13 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gita Wibawaningsih dari Kemenperin R.I membocorkan niat Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia memperluas jangkauan jaringan teknologi 5G ke seluruh Indonesia.

Ini "Wow banget!". Mengingat bahwa semenjak pemerintahan lalu yang baru mengadopsi teknologi 4G di akhir-akhir masa jabatan mereka, kini, pemerintahan sekarang memiliki visi menggarap jaringan teknologi terkini ke depannya.

Penuturan Direktur Jenderal Industri Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian tersebut disampaikan di sela-sela pembukaan Forum Komunikasi Bakohumas, Peluang dan Tantangan Industri Makanan & Minuman di Era Industri 4.0, yang bertempat di ruang Rajawali, gedung Kemenperin, kemarin (26/7).

Seiring meledaknya penggunaan internet of things akibat kemunculan teknologi 4G, lahir pula revolusi industri 4.0 di mana industri besar global mulai berpikir cepat mengadaptasi kecepatan teknologi agar dapat bertahan di tengah-tengah ancaman disruptifnya.

Bergerak sesuai road map bernama Making Indonesia 4.0 yang kemarin diresmikan Presiden Joko Widodo, Kemenperin mulai mengevaluasi dan memilih industri milik Indonesia yang akan dijadikan sektor prioritas pelaksanaan revolusi industri 4.0.

Maka terpilih lah 5 sektor industri yang menjadi prioritas Kemenperin R.I, di antaranya: industri makan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan industri kimia. Kelima sektor inilah yang dinilai pemerintah sebagai penyumbang PDB dan tenaga kerja terbesar di dalam negeri.

Industri Makan dan Minuman Indonesia

Tidak diragukan lagi kalau industri makan dan minuman (mamin) menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto sektor manufaktur di Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,   Mamin menyumbang 34,95 persen bagi PDB pada kwartal III tahun 2017. Itu artinya, sektor ini menjadi penyumbang tertinggi setelah sektor-sektor lainnya.

Nilai ekspornya juga mencapai 49,60 milyar dolar Amerika Serikat. Sedangkan impornya hanya senilai 14 milyar US$ saja. 

Melalui perbandingan nilai transaksi tersebut dapat dikatakan bahwa orang-orang di luar sana lebih banyak membutuhkan dan menyukai produk makanan Indonesia.

Di sela-sela sesi pertanyaan Forum Komunikasi Bakohumas Kemenperin
Di sela-sela sesi pertanyaan Forum Komunikasi Bakohumas Kemenperin
Namun menjadikan sektor industri makan dan minuman Indonesia sebagai prioritas bukan tanpa tantangan. Terdapat berbagai macam hal yang harus segera dibenahi di mana industri ini begitu terfragmentasi. Untuk menghindari pajak, banyak para pelaku industri yang menjadikan usahanya sebagai usaha kecil dan menengah. Sedangkan, 80% tenaga kerja industri Mamin berada di sana.

Meningkatnya masalah keamanan pangan pun menjadi isu seiring produktivitas buruk yang terjadi di bidang pertanian.

Dan, tak kalah pentingnya adalah rendahnya penerapan teknologi di segmen UKM.

Statistik dari BPS menunjukkan bahwa ada 1.614.149 unit usaha kecil menengah di Indonesia, sedangkan industri sedang besar-nya terdapat 6.875 unit usaha. Sayangnya, dari total yang ada baru 30% yang mengusung industri 3.0. Selebihnya baru menerapkan industri 2.0.

Akan tetapi, beberapa industri besar sudah mengusung teknologi 4.0, diantaranya:

- PT. Coca Cola Amatil Indonesia

- PT. Nestle Indonesia

- PT. Barry Callebaut Indonesia

- PT. Mayora

- PT. Indolakto, Indofood Group

- dan, PT. Unilever Indonesia

Untuk mengenal lebih dekat industri Mamin Indonesia berteknologi 4.0, diadakan kunjungan industri ke PT. Mayora Indah Tbk yang berada di Jatake, Tangerang, selesainya Forum Komunikasi Bakohumas di ruang Rajawali, Kemenperin

Serunya Kunjungan Industri

Dibantu oleh pemandu dari pihak kepolisian, para peserta kunjungan sampai di lokasi sekitar sejam lamanya. Sesampainya di PT. Mayora Indah Tbk, kami langsung di arahkan menuju ruang pelatihan milik perusahaan yang berdiri pada tahun 1977 tersebut.

Ruangan tersebut dikelilingi oleh berbagai macam produk keluaran Mayora sendiri. Ada botol air minum Le Minerale, ada juga biskuit Better, Roma Wafer Cokelat, Slai O'lai, Kopiko, dan brand produk lainnya yang biasa terpajang di warung-warung pinggiran.

Berbagai macam produk PT. Mayora
Berbagai macam produk PT. Mayora
Jumlahnya begitu banyak sehingga kami tidak ragu untuk mencicipi dan menaruhnya sebagian ke dalam tas. 

Peserta kunjungan terdiri dari pegawai humas berbagai instansi kepemerintahan. Dan, saya merupakan bagian dari kru media dan nara-blog Jakarta. Meski demikian, pihak perusahaan tidak membeda-bedakan pelayanannya terhadap kami. Full service.

PT. Mayora Indah Tbk merupakan usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Indonesia yang khusus menghasilkan produk-produk makanan dan minuman. Jenis produk utamanya berbentuk sereal, biskuit, kembang gula, minuman ringan, dan lain sebagainya.

Sertifikat kelayakan mutu produk milik Mayora sudah terpenuhi mulai dari BPOM, sertifikasi Halal MUI, hingga sertifikasi Halal dari Malaysia. Hal ini dikarenakan produk mereka telah sampai ke negara-negara lain di seluruh dunia. Maka jaminan mutu dan halal produk menjadi bagian yang wajib dan tak terpisahkan.

Perusahaan go public semenjak 1990 ini bahkan sudah mengimplementasi teknologi 4.0. Dimulai pada Desember 2013, Mayora mengembangkan pengawasan kualitas produk berbasis Android.

Secara bertahap,PT. Mayora mengembangkan sistem kualitas M1 hingga M3 selama tiga tahun berturut-turut. Hingga di tahun 2016, sistem pengawasan mutu produk Mayora diberlakukan hingga sekarang.

Mereka memberikan nama sebagai Quality Mayora System (QMS).

Setelah pemaparan, kami pun diajak berkeliling ke dalam pabrik Mayora untuk mengamati langsung proses mutu kualitas produk mereka.

Di awali dari area oven yang begitu panas dan jarang dilalui manusia, pemandu kami memberikan penjelasan bahwa ruangan tersebut mencapai 36 derajat celcius. 

Lalu, kami melalui ruang inspeksi akhir barang jadi yang tidak padat pegawai, dan berakhir di ruang sensor evaluasi barang jadi.

Secara garis besar, QMS meliputi beberapa proses, di antaranya: pemeriksaan material baku, audit supplier,  pemeriksaan proses produksi, pemeriksaan akhir barang jadi, dan tes evaluasi sensorik.

Di akhir kunjungan, kami pun kembali ke ruang pelatihan di mana berbagai kegiatan games menanti. Seluruh ruangan tampak ramai dipenuhi gelak tawa dan hadiah yang sudah dipersiapkan panitia serta manajemen pabrik.

Di ruang pelatihan PT. Mayora
Di ruang pelatihan PT. Mayora
Penutup

Industri makanan kini menjadi industri kesayangan Indonesia. Hal ini dikarenakan kualitasnya tidak kalah dengan negara lain, dan mampu menyerap tenaga kerja muda.

Oleh karenanya, pemerintah berupaya agar industri makan dan minuman Indonesia tetap berjalan dengan "sehat". Program yang dilakukannya meliputi:

1. Keringanan pajak (tax holiday, dan tax allowance).

2. Memberikan bantuan peralatan, mesin, hingga promosi dalam hingga luar negeri.

3. Memberikan pelatihan desain, keterampilan, serta teknologi terbaru bagi pegawai perusahaan.

4. Memberlakukan aturan serta standarisasi sehingga mutu produk Indonesia dapat bersaing dengan negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun