Seiring tren perpindahan sumber daya energi di tahun 2030, harga mobil listrik pun diperkirakan ikut turun hingga mencapai nilai jual terendah mobil keluaran Amerika Serikat tahun 2015, di kisaran US$ 14.000,-. Jika dibandingkan nilai jual sekarang, mobil elektrik dikisaran harga 500-600 juta rupiah.
Tidak lama lagi, pasar otomotif akan dikuasai electric vehicle dibandingkan kendaraan dengan sistem combustion engine.
Pak Yo, begitu ketua umum Gaikindo itu biasa disebut, memberikan perhatian total penjualan kendaraan elektrik secara global adalah sebesar 0,5%, atau kisaran 460.000 unit.
“Indonesia harus cari alternatif sumber daya pembuatan baterai E.V jika benar-benar niat mengembangkan new economy di bidang kendaraan,” demikian tutur Yohannes Nangoi.
Artinya, ketua umum Gaikindo tersebut begitu perhatian terhadap local content di Indonesia guna menjadi bagian pengembangan new world economy.
Perspektif ini sangat berbeda dengan ide universal Faisal Basri. Local content yang diusung menganut prinsip partikular.
Pak Yo, mendukung sepenuhnya kehadiran produksi electric vehicle di Indonesia. Namun penguasaan teknologi baterai masih minim di dunia. Untuk itu, ia mendorong penguasaan teknologi pembuatan baterai yang bahan bakunya asli dari Indonesia.
“Karena siapa yang menguasai teknologi E.V akan menguasai industri otomotif dunia ke depannya,” tambahnya.
Selebihnya, Pak Yo setuju bahwa market tidak bisa didikte pemerintah. Presiden Direktur PT. Isuzu Astra Motor Indonesia itu mengakui organisasi yang di kepalainya mendapatkan rekomendasi yang sama dengan Presiden terkait E.V Indonesia dari KPK.
Gebrakan yang diinisiasi pemerintah diharapkannya tak mematikan industri mobil yang ada. Atau, berjalan ke arah yang tak sama dengan pasar dunia. “Fatal akibatnya!” pesannya.
Selaku penyuplai tunggal listrik negara, PLN menargetkan 13% energi listrik Indonesia adalah energi yang baru terbarukan.