Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Rampage", Layar Teater Keren hingga Aksi "Single Fighter"

16 April 2018   16:00 Diperbarui: 16 April 2018   19:06 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu (12/4) saya memasuki ruang berbentuk trapesium yang telah diturunkan tingkat kecerahannya. Bangku-bangku bercorak merah berjejer rapi hingga ke atas.

Di tiket milik saya tertulis "A-6", artinya bangku yang akan saya tempati berada di puncak baris. Kaki ini pun melangkah dengan penuh percaya diri, karena biasanya prediksi saya di kegelapan selalu benar.

Ruang teater yang saya kunjungi bernama ScreenX 2D milik CGV Grand Indonesia. Konsepnya telah diperkenalkan ke publik di Indonesia pada Mei 2017 lalu. Begitu tampilan iklan bergerak di layar, kepercayaan diri saya menguap menjadi sebuah kegirangan. Bagaimana tidak, tampilan gambar juga memenuhi dinding di kiri dan kanan saya. 

Tayangan berikutnya di layar teater adalah iklan salah satu brand terkenal sebuah telepon pintar. Ruangan tampak panoramik dengan terproyeksinya gambar berlatar biru dalam sudut 270 derajat di hadapan. Sensasinya begitu luas. Saya tidak merasa risih menonton karena mata ini tak kesulitan mencari objek utama gambar.

Setelah dua iklan berlalu, saatnya tayangan yang ditunggu-tunggu beraksi. Film yang akan kami tonton adalah Rampage, sebuah fantasi ilmiah yang dibalut dengan aksi heroik menegangkan. Karya sinematik ini disutradarai oleh Brad Peyton, dan diperankan oleh Dwayne Johnson yang pernah dikenal sebagai pegulat profesional, Naomie Harris, Jeffrey Dean Morgan, Malin Akerman, dan lain sebagainya.

Tingkat kecerahan semakin dibuat turun, lalu layar 270 derajat itu dipenuhi bintang-gemintang di angkasa. Sebuah stasiun luar angkasa tampak melayang di layar paling tengah. Semakin memasuki stasiun, kondisi tampak mengenaskan. Stasiun itu akan segera meledak akibat kesalahan prosedur. 

Penghuninya seorang wanita bernama Dr. Kerry Atkins (diperankan Marley Sehlton); hanya tinggal dirinya seorang karena seluruh penghuninya mati akibat ledakan di sana-sini. Begitu sampai di pintu kapsul penyelamat, sang doktor tidak diizinkan oleh pemilik meninggalkan stasiun sebelum membawa serta hasil uji coba genetika yang berbahaya milik Energyn bersamanya.

Diakhir paruh sekuens satu, Dr. Kerry berhasil memasuki kapsul bersama tabung-tabung hasil uji coba. Namun kaca kapsul yang sempat bertubrukan dengan makhluk aneh itu semakin lebar retakannya, sehingga memberikan celah bagi api yang bersumber dari gesekan gravitasi memasuki isi kapsul. Pesawat mini itu hancur berkeping-keping.

Meski kapsul Dr. Kerry tinggal serpihan, tabung-tabung itu selamat menjejak tanah dan menjangkiti beberapa hewan di bumi. Keadaan pun akan segera mengalami kekacauan baru.

Sebagaimana film aksi, ketegangan berlalu-lalang di dalam arahan sang sutradara. Layar teater terus beradaptasi dengan jalannya cerita. Ketika aksi menegangkan terjadi, proyeksi 270 derajat teraktivasi. Ketika cerita memasuki dialog-dialog antar pemain, hanya layar tengah yang aktif. Hal ini bagus agar para penonton tidak kehilangan fokus dengan isi cerita.

Sebagaimana peran genre fantasi ilmiah, efek CGI sangat berperan di sini. Film Rampage mengingatkan saya dengan Transformer arahan Michael Bay. Hanya saja, Rampage sangat menonjolkan karakter-karakter bergaya koboi dan single fighter. Alhasil, aksi-aksi jumpalitan dimonopoli oleh Davis Okoye (Dwayne Johnson) yang susah sekali menemui ajal; layar teater yang luas tampak sepi. Padahal, di awal-awal cerita banyak karakter yang muncul ditambah lagi dengan pasukan tentara Amerika Serikat. Seharusnya bisa lebih ramai dengan budget sebesar US$ 120juta tersebut.

Begitu memasuki titel kredit, kecerahan ruangan naik sedikit. Seiring berjalan menuruni tangga, saya sentuh dengan lembut salah satu sisi dinding teater. Ternyata,dinding tersebut adalah serat kain yang mampu menyerap sorotan cahaya dan memantulkannya kembali sehingga dapat dinikmati mata para penonton. 

Dokpri
Dokpri
Saran saya, jangan sentuh dinding ScreenX 2D teater dalam kondisi tangan bernoda makanan. Apalagi dengan sengaja/tanpa sengaja menjatuhkan minuman yang anda bawa tepat di layar dinding, dilarang! Maka dari itu, berhati-hatilah demi kenyamanan selama menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun