Tapi saya menyaksikan pedagang asongan di sana tampak tidak bisa diatur. Di trotoar, di garis batas trotoar, di aspal yang semestinya menjadi jalur bus, mereka mangkal atau sekedar lalu lalang. Semenit kemudian saya menyebrang, terdengar instruksi salah seorang Satpol PP meminta pedagang-pedagang asongan itu menjauhi aspal jalur bus explorer. "Ayo pak, jangan dagang di sini. Walikota sebentar lagi mau datang."
Keponakan saya yang masih kepengen topi minta dibelikan meski tidak ditemukan di sepanjang ruas PKL tenda merah itu. "Topi yang kayak waktu naik bus pertama kali itu; di situ." jelasnya.
Saya pun langsung tersadar. Maksud yang diinginkan gadis kelas 5 SD ini adalah barang seperti yang dilihatnya waktu di halte Blok E tadi. Kami pun bergegas mengambil karcis gratis dari petugas dan memasuki pintu depan bus explorer.
Begitu memasuki kawasan Blok B Pasar Tanah Abang, jalanan tidak lagi sepadat sebelumnya sehingga bus explorer dapat meningkatkan kecepatan jalan.Â
Namun, saya tertegun. Di balik kaca jendela bus saya sempat saksikan beberapa pedagang mengangkat dagangannya dari depan mobil pemadam kebakaran.Â
Apakah itu pos pemadam kebakaran? Apakah para pedagang itu jualan tepat di depan mobil blambir itu diparkirkan?Ingin sekali saya turun di halte Blok B yang telah disediakan demi memastikan hal tersebut. Tetapi janji saya kepada keponakan saya lebih penting. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 17.00 Wib. Masih ada esok hari untuk mencari jawabannya.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H