Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(Ulasan) ''Star Wars: The Last Jedi'', dan Alasannya sebagai Film Terbaik Akhir Tahun

15 Desember 2017   22:20 Diperbarui: 18 Desember 2017   09:41 3039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The Last Jedi" menjadi sekuel lanjutan Star Wars: the Force Awaken (2015). Adakah nuansa yang berbeda pada keduanya?

Jawabannya, sangat emosional. Bagi para penggemar berat franchise Star Wars tentu mengetahui pemeran Putri Leia Organa telah meninggalkan dunia ini selama-lamanya.

Ketika Leia Organa muda berjuang bersama Han Solo dan Luke Skywalker melawan agresi The First Order, ia adalah bunga yang tak kan pernah layu; menantang gelapnya galaksi; dan petualang hebat yang menjelajahi planet serta bintang-gemintang di jagat angkasa luar. Kini, Leia adalah pemimpin pemberontakan. Ia harus senantiasa berada di anjungan mengatur strategi dan pasukannya. Jika ada yang berbuat onar, Leia tak segan memberikan peringatan. Jika ada yang harus dijelaskan, wanita itupun tak hilang kelembutan hati menyampaikan.

Seluruh kisah dan sosok Leia Organa ini diperankan oleh seorang aktris kelahiran 21 Oktober 1956, Carrie Fisher. Mulai berperan bersama science-fiction milik George Lucas di tahun 1977, Carrie menyadari skrip naskah film Star Wars begitu fantatis. Setelahnya, banyak orang mengamini.

Star Wars: The Last Jedi menjadi episode ke-8 cerita perang bintang. Tema yang teramat menonjol adalah mengenai pengorbanan. Mereka yang menjadi pahlawan adalah individu-individu yang tak segan mengorbankan segalanya demi keberhasilan misi kemerdekaan. Namun, Poe Dameron (Oscar Isac) salah mengartikan pengorbanan. Akibat semangat muda yang tak terkendali, ia dengan mudahnya mengabaikan perintah sang jenderal dan menempatkan markas pesawat Home One senantiasa dalam kondisi kritis. Hal inilah yang menyebabkan Jenderal Leia bertindak tegas kepadanya secara fisik.

Sosok Carrie Fisher yang memerankan Leia Organa terlihat sangat nyata. Mata saya tidak melihat adanya tanda-tanda efek CGI saat ia berakting menampar muka Oscar Isac, atau juga saat berakting menembakkan sinar laser kepadanya. Raut wajahnya begitu teduh, bahkan mampu menghadirkan firasat keibuan di salah satu adegan kala Ben Solo (Adam Driver) menyerang markasnya menggunakan pesawat TIE-Fighter. 

Sepanjang durasi 2 jam 32 menit tidak sepenuhnya diisi oleh kehadiran Carrie, memang. Namun sang penulis skenario tampak cerdas dalam menghadirkan sosok karakter Leia di momen-momen yang mendebarkan. Sang sutradara pun mendominasi kehadiran Leia penuh kekaleman. Ia hanya berjalan, duduk, bahkan melayang di angkasa dengan penuh wibawa. Berbaring pun dengan sangat cantik. Kerjasama apik sutradara dan penulis skenario seakan menghidupkan kembali Carrie Fisher ke dunia ini.

Setelah tayangan berakhir, tersemat namanya pada credit title untuk dikenang. Episode ke-8 Star Wars ini memang didedikasikan bagi wanita asal Burbank, California, tersebut. Meskipun ia telah berpulang kepada Tuhan pada bulan Desember tahun lalu, karakter Leia dibuat seakan tak mudah untuk mati (die hard).

Sinopsis

Saya menonton tayang perdana Star Wars: the Last Jedi di bioskop CGV Grand Indonesia, Jakarta (13/12). Sore itu, bioskop dipenuhi orang-orang dari berbagai kalangan yang antusias ingin menyaksikan film garapan sutradara Ryan Johnson. Riuh dan sibuk. Mereka ada yang memamerkan merchandise Star Wars yang telah dibelinya; menukarkan kupon menjadi tiket masuk teater; atau, ada juga yang ber-selfie ria dengan cosplayer karakter Star Wars. Saya tidak datang sendiri. Teman saya ikut datang menikmati film ini meski sebelumnya tak sekalipun ia menonton salah satu saga-nya.Awal kisah, Poe Dameron mengemban misi angkasa dari Putri Leia Organa. Di saat misi tak lagi dilihat Leia berpotensi kemenangan, wanita itu meminta mundur pasukannya, termasuk pilot X-Wing kepercayaannya itu. Tetapi Poe enggan menuruti perintah. Misi pun berubah menjadi aksi. Pada akhirnya, Poe Dameron berhasil melumpuhkan persenjataan kapal perang First Order yang dipimpin Jenderal Hux, dan memberikan akses bagi Resistance masuk ke area terbuka kapal perang tersebut.

Nasib tak pernah luput, kematian demi kematian para pahlawan menghampiri mereka. Meski Poe dapat dibilang sukses menjalankan aksinya, Putri Leia tidak menyukai kelakuan Poe. Ditamparnya pemuda itu sebagai teguran. Sejatinya, insting sang putri sangat tepat karena markas pesawatnya kini dalam bahaya. Jenderal Hux yang sempat kalah menciptakan strategi baru sehingga markas Home One tak akan pernah kabur lagi dari radar Dreadnaught miliknya. Krisis lanjutan pun tercipta.

Di seberang sana, di planet asal mula ajaran Jedi hadir, Rey (Daisy Ridley) berhasil menemukan Luke Skywalker (Mark Hamill). Ia berusaha mendapatkan ajaran dari Jedi legendaris tersebut sesuai amanat untuknya melintasi galaksi. Kesulitan selalu saja menghampiri Rey untuk menguasai kekuatan Force tersebut. 

Dan yang paling sulit adalah kemampuan terbaru Rey terkoneksi langsung dengan Kylo Ren (Adam Driver) kapan saja dan dimana saja hal tersebut memungkinkan. Ini sulit karena keduanya terlibat adu argumen untuk saling meyakinkan siapa ikut siapa; cahaya atau kegelapan. Bukankah hal tersulit dalam hidup adalah meyakinkan orang lain mengikuti apa yang menurut kita sebagai suatu kebenaran?

Penutup

Fantasi: perang galaksi, aksi bela diri, dan jalan cerita yang dramatis. Sepanjang film Star Wars: The Last Jedi adalah rangkaian cerita yang runut dan rapih. Tidak ada rasa bosan mata saya menatap layar. Beberapa detik saja mata ini khilaf, maka saya kehilangan detail alasan kenapa ada adegan ini-dan-itu di layar lebar.

 Ada satu adegan yang sangat dramatis terjadi. Potongan adegan itu menciptakan keheningan bagiseluruh penonton di teater. Teman saya yang perdana menonton langsung berkomentar ke kuping saya; heboh. Namun saya terkesima sedemikian rupa, dan hanya mampu bergumam ke hadapan layar, "cantik!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun