Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orangtua adalah Arsitek Kesuksesan Sang Anak

11 April 2022   20:58 Diperbarui: 11 April 2022   21:53 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rentan usia ini dapat dikatakan anak sudah mulai mengerti kehidupan. Mereka sudah mulai mempunyai berani menyampaikan kemauannya dan memilih sesuatu berdasarkan pola pikirnya. Pada rentan ini pula orang tua mulai perlahan memberikan kebebasan pada anak untuk bersikap dan mengambil keputusannya sendiri.

Orangtua sebagai pendamping saja tanpa perlu terlalu dominan pikiran atas kemauan sang anak. Orangtua cukup mengingatkan anak untuk berani mengambil keputusan dengan selalu bersikap rendah hati. Begitu pula saat anak mengalami kegagalan, orangtua harus menemaninya tanpa perlu berceramah di depan sang anak. Sebab pada fase ini, anak sudah harus terbiasa berpikir untuk mencari jawaban dari kegagalannya sendiri. Orangtua hanya perlu mengingatkan dan mendampinginya saja.

Suatu hari, seorang anak bicara pada ayahnya. Dalam percakapan keduanya, sang anak bercerita bahwa dirinya sudah mengetahui penyebab nilai sekolah menurun serta kegagalan memperoleh ranking di sekolahnya. Sang ayah yang mendengarkan perkataan dari anak hanya tersenyum tanpa berkomentar apapun. Usai sang anak berbicara, sang ayah hanya menambahkan kalimat,”Ayah senang kamu sudah paham arti perjuangan.”

Sederhana bukan!

Sebagian orangtua terlalu sibuk untuk memposisikan anak sebagai dirinya dulu. Segala sesuatu dalam kehidupannya harus diduplikasi oleh anak tanpa celah. Bahkan sebagian orangtua memaksakan anak untuk memperbaiki kesalahan mereka di masa lalu. Lantas, kalau kehidupan anak sama sepertinya, apakah ada manfaat baginya? Toh, pada akhirnya anak akan memilih jalannya sendiri. Bukankah hidup adalah pilihan? Tugas orangtua adalah mengajari pengetahuan yang benar, mendampingi anak selama pertumbuhan agar hidup sesuai aturan dan kebenaran, serta menemani anak di saat mereka berduka. Selebihnya, serahkan kepada Tuhan melalui doa.

Saat orangtua melakukan ketiga tugasnya, maka diitulah yang dikatakan sebagai keadilan dalam keluarga. Akhirnya anak akan pandai mengelola konflik dan terbiasa menghadapi permasalahan dalam hidupnya sendiri. Dengan begitu, orangtua dapat tenang menjalani hidup di masa tuanya.

Keempat fase di atas merupakan pondasi kehidupan bagi anak. Orangtua sungguh harus memahami segala tindakan yang dilakukannya selama menjalani keempat fase tumbuh kembang anak. Pondasi ini akan mempengaruhi kehidupan anak di masa depan. Artinya, orangtua sungguh berperan sangat penting sebagai pendamping anak.

Tetaplah bersabar wahai orangtua yang budiman. Sayangi anak-anak dengan memberikan mereka perhatian sesuai porsinya. Ingatlah! Tugas mengasuh dan menjaga anak sepenuhnya tanggung jawab orangtua dan bukan urusan orang lain. Maka itu, pengorbanan dan pengabdian dari orangtua sungguh dibutuhkan oleh anak selama menjalani masa tumbuh kembangnya. FIN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun