Lantas bagaimana cara kita mempertahankan pikiran bahwa kita belajar dan bekerja sebagai bentuk pengabdian pada diri sendiri dan bukan untuk orang lain? Berikut tipsnya:
Pertama, kita sadari dulu kesukaan dalam rutinitas
Kita merasakan bahwa kita melakukannya sebentar atau dalam waktu singkat. Padahal bagi orang lain, kita sudah melakukannya seharian penuh. Kita melakukannya tanpa menyadari perputaran waktu dan begitu bahagia saat mengerjakan kegiatan tersebut.Â
Misalkan, saat saya menulis berita atau membuat artikel, maka saya terus berpikir mengolah kata dan kalimat tanpa menyadari waktu yang sudah berlalu.Â
Saya tenggelam dalam tulisan saya dan menikmati betul setiap kata dan kalimat yang saya rangkai menjadi paragraf.
Lain halnya ketika istri saya meminta untuk membuat laporan keuangan bulanan. Maka saya merasa begitu tersiksa dan merasakan waktu 60 menit seperti 60 tahun lamanya. Begitu menderita dan merasakan tekanan dalam hidup.
Kedua, bila sudah mengetahui kesukaan kita, selanjutnya kejarlah teori melalui buku, lalu baca itu!Â
Seringkali, saat kita sudah menemukan kesukaan itu, lalu kita menganggapnya biasa dengan sekedar melakukan kegiatan kesukaan tadi semaunya saja.Â
Kita malas untuk menggali pengetahuan tambahan untuk mendalaminya. Bahkan lebih parahnya lagi, kita merasa cukup dengan kesukaan itu. Padahal, dengan kita melatih kesukaan tadi, maka kita akan lebih cepat untuk menjadi pakar.Â
Kesukaan tadi akan berkembang pesat dan semakin cepat berubah menjadi senjata pamungkas yang dapat menolong dan menyelamatkan kita dari kesulitan hidup.
Ketiga, cari dan temukan orang-orang berbakat dan baik hati untuk menolong kita mengasah dan menajamkan kesukaan