Para penculik tak dikenal tersebut ingin mengetahui siapa dalang di balik gerakan aktivis dan mahasiswa yang sedang marak ketika itu.
Di sisi lain, keluarga dari Biru Laut tetap beraktivitas seperti biasanya usai memasak bersama di hari Minggu, sang ayah menaruh empat piring di meja termasuk untuk anak lelakinya itu. Namun, Biru Laut tidak kunjung pulang ke rumah.
Pada bagian kedua dalam historical fiction satu ini mengambil perspektif Asmara Jati, adik Biru Laut, menggunakan latar waktu dua tahun usai hilangnya sang kakak.
Pada bagian ini, Asmara Jati dan Tim Komisi Orang Hilang berupaya keras mencari jejak Biru Laut dan kawan-kawannya yang hilang secara misterius. Mereka juga berusaha mendapatkan informasi dari para aktivis lainnya yang sudah kembali.
Selain sang adik yang berjuang mencari tahu bagaimana nasib Biru Laut, turut pula kedua orang tuanya, pacar Laut, Anjani, dan istri para aktivis yang hilang sekaligus menuntut kejelasan akan nasib anggota keluarga.
Lantas, apakah upaya pencari kebenaran dalam mengetahui nasib anggota keluarga mereka yang hilang akan berhasil? Apa yang sebenarnya terjadi pada Biru Laut dan kawan-kawan aktivisnya?
Meskipun buku Laut Bercerita mengisahkan tentang perjuangan, tetapi penulis tak lupa menyisipkan kisah romantis antara Biru Laut dan Anjani, serta tokoh Alex dan Asmara.
Kisah mereka benar-benar membuat para pembaca tertawa sekaligus geleng-geleng kepala lantaran kelakuan pasangan tersebut.
Para aktivis yang bergabung dalam organisasi bernama winatra dan wirasena menjadi sasaran empuk pemerintah untuk disiksa, agar mereka berhenti melakukan tindakan yang dapat mengancam kedudukan presiden RI kala itu.
Namun, karena para aktivis ini memiliki pemikiran yang sangat kritis dan terbuka, para pejuang demokrasi tidak kenal takut dan pantang menyerah, bahkan jika nyawa menjadi taruhannya.
Itulah review buku Laut Bercerita yang penuh dengan ketegangan dan rasa haru. Selamat membaca!