Untuk golongan yang terakhir ini, mereka sejatinya tahu bahwa puasa Ramadan adalah perintah yang diturunkan oleh Allah kepada umat Muslim, tetapi tidak pernah ada kerinduan dalam hati mereka pada Ramadan.Â
Karena terbatasnya pengetahuan tentang agungnya bulan Ramadan inilah, sehingga tidak ada keinginan dalam hati mereka untuk berbuat baik di bulan yang mulia ini.
Ramadan dilewati begitu saja tanpa ada tambahan kebaikan yang dilakukan, dan tanpa ada pengurangan perbuatan maksiat.
Maka, pada saat orang seperti ini memasuki bulan Ramadan, kemudian keluar dari Ramadan tetap sama seperti sebelum Ramadan. Dengan kata lain, tidak ada perubahan dalam hidupnya.
Jadi, orang-orang yang berpuasa, tapi tetap melakukan maksiat; tidak mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.
Mari kita senantiasa berdoa agar mampu mengendalikan diri kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau sia-sia.
Mari kita memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah. Karena kita semua pasti tidak mau menjadi orang yang berpuasa tapi ia tidak salat, hingga merugilah ia.
Kita juga tentu tidak ingin termasuk golongan orang yang berpuasa, tetapi tidak memanfaatkan bulan Ramadan sebagai momentum perubahan diri.Â
Maka dari itu, kepada Allah saja lah kita panjatkan doa-doa terbaik itu untuk memberikan hidayah kepada kita agar mampu berpuasa, bukan saja menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mampu mengendalikan diri kita dari perbuatan keji dan mungkar.
Dan, ayo kita jadikan salat lima waktu sebagai satu kesatuan dari hidup kita yang tidak terpisahkan untuk melipatgandakan pahala di bulan Ramadan, hingga sampainya batas usia di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H