Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Caraku Memaknai dan Menyambut Puasa Ramadan

11 Maret 2024   03:16 Diperbarui: 11 Maret 2024   04:44 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegembiraan semasa kecil. (sumber: Dok. Pribadi)

Memori atau kenangan biasanya muncul kembali dalam pikiran kita, jika tanpa disadari kita berada di tempat yang mirip dengan peristiwanya, bahkan ketika hanya kita lihat atau dengar melalui video.

Misalnya, Anda pernah menyatakan cinta di bawah pohon selagi cinta pertama di masa SMA dulu, yang ternyata ditolak.

20 tahun lebih berlalu, Anda merasakan atau melihat suasana yang serupa atau mirip dengan suasana tersebut, tiba-tiba memori Anda mengeluarkan data yang membuat Anda terkenang dengan cinta dan tolakan pertama tersebut.

Hebatnya lagi, memori tersebut ketika muncul justru sering kali membawa kebahagiaan. Percayalah, walaupun Anda mengingat patah hati pertama 20 tahun yang Ialu, Anda tetap saja menertawakan atau tersenyum-senyum sendiri mengenang peristiwa tersebut.

Setiap suara dan aroma mengingatkan pada kenangan masa lalu. Sudah 20 tahun lebih.

Saya pun saat ini sedang masuk ke zona memori tersebut ketika saya mulai melakukan searching di kolom pencarian YouTube dengan kata kunci "Ramadan tahun 2000-an". Semua memori itu bermunculan begitu saja tanpa bisa diredam.

Mulai dari tayangan film anak-anak "Lorong Waktu", "Anak Ajaib", hingga tayangan percintaan orang dewasa seperti "Doa Membawa Berkah" di Televisi, terngiang jelas memenuhi benak.

Sesaat, memori itu berganti menjadi kegiatan-kegiatan di bulan Ramadan mulai dari tugas sekolah untuk mengisi buku kegiatan Ramadan, janjian salat tarawih, kegiatan pesantren kilat, main petasan setelah salat subuh di masjid, mandi di sungai diam-diam, dan masih banyak lainnya.

Dimulai sejak jam 3 pagi, lagu dangdut yang diputar keras-keras lewat sound system besar, pasti membangunkan saya dan almarhum nenek untuk makan sahur.

Libur sekolah penuh di bulan Ramadan, untuk menunggu tibanya buka puasa pertama saya, biasa saya dan teman-teman masa kecil gunakan untuk bermain sepak bola, layang-layang, petak umpet, kelereng, dan permainan-permainan tradisional lainnya yang sepertinya tak akan pernah dikenal oleh anak-anak masa kini.

Ketika buka puasa tiba, sajian kolak pisang dan singkong ditambah dawet gempol, menjadi santapan pertama menjelang sebelum salat maghrib dan belajar mengaji Iqra' atau Al-Qur'an sekaligus tarawih.

Kemudian, seolah tiada hari yang paling berharga selain menunggu-nunggu datangnya hari lebaran, anak-anak di masa itu beramai-beramai berkunjung ke rumah keluarga maupun para tetangga untuk mencicipi kue lebaran dan mengumpulkan banyak uang THR. Ah, indahya!

Ilustrasi kegembiraan semasa kecil. (sumber: Dok. Pribadi)
Ilustrasi kegembiraan semasa kecil. (sumber: Dok. Pribadi)

Tak cukup untuk merincikan hal-hal yang sangat bernilai harganya di masa kecil dalam beberapa jumlah kata, yang pasti puasa di masa itu belum lah terpikir hal-hal yang memberatkan kepala seperti saat dewasa.

Tidak ada ketentuan-ketentuan khusus yang dibebankan kepada mereka; puasa sebulan penuh, setengah hari, atau satu jam. Tinggal kuat atau lemahnya tekad mereka dalam menuntaskan puasanya.

Apalagi harus memikirkan menu sajian takjil dengan segala tetek bengeknya, seperti yang tadi pagi secara tidak sengaja dengar seorang tetangga yang mengajak tetangga lainnya untuk mengumpulkan iuran buat buka puasa bersama.

Sungguh indah dan berwarnanya tradisi bulan Ramadan orang-orang Indonesia.

Mengawali Awal Bulan Ramadan dengan Doa

Tak lama lagi umat muslim di seluruh penjuru dunia akan bertemu kembali dengan bulan Ramadan.

Untuk tahun ini, Kementerian Agama RI telah menetapkan bahwa 1 Ramadan akan jatuh pada tanggal 12 Maret 2024.

Bagi kita sebagai umat Islam, baiknya menyambut bulan penuh kemuliaan ini dengan membaca doa supaya mendapatkan keberkahan darinya.

Dalam buku "Pintar Doa dan Zikir Rasulullah" karya Abdullah Zaedan, dikatakan bahwa keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadan lebih melimpah dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meraih keutamaan di bulan diturunkannya Al-Qur'an ini, salah satunya dengan membaca doa yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Terkait doa pada bulan Ramadan, di dalam buku "Misteri Bulan Ramadan" karya Yusuf Burhanuddi, dipaparkan mengenai makna dari doa pada bulan Ramadan. Terdapat lima permohonan yang terkandung dalam doa ini, meliputi:

a. Memohon kepada Allah Jalla Jalaluh agar selalu memeberikan kesehatan untuk menyambut Ramadan dengan stamina dan fisik yang optimal.

b. Meminta agar dijauhkan dari segala penyakit jasmani maupun rohani sehingga dapat menyambut bulan Ramadan.

c. Memohon kepada Allah Ta'ala agar menjauhkan bulan suci Ramadan dari segala bencana.

d. Memohon kepada Allah Ta'ala agar bulan Ramadan tetap dijaga kesucian dan keberkahannya.

e. Memohon agar Allah Ta'ala senantiasa menerima seluruh jerih payah amal perbuatan selama bulan suci Ramadan.

Persiapan Menjalani Puasa Ramadan

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saya punya persiapan tersendiri untuk menjalani ibadah puasa bulan Ramadhan, yakni 'persiapan jasmaniah' dan 'persiapan ruhaniah.'

Untuk selengkapnya, berikut adalah daftar persiapan menyambut bulan Ramadan dari sisi jasmaniah dan ruhaniah.

Persiapan jasmaniah, meliputi:

  • Ziarah ke makam keluarga.

  • Mencari tahu sebanyak mungkin berkenaan dengan keutamaan bulan suci Ramadan.

  • Membuat anggaran khsusus konsumsi Ramadan di rumah (tidak termasuk luar biaya tak terduga).

  • Membuat daftar menu buka puasa dan sahur selama 30 hari ke depan.

  • Berlatih mengurangi porsi makan sebelum menghadapi puasa Ramadan.

Persiapan ruhaniah, meliputi:

  • Menetapkan jumlah infaq harian.

  • Membuat jadwal tilawah Al-Qur'an.

  • Berlatih mengurangi kegiatan yang kurang produktif.

  • Komitmen untuk rutin salat malam.

  • Memperbanyak salat-salat sunnah.

  • Daftar ikut kajian minimal satu kali tiap minggu.

Sejak 2013 lalu, saya sangat bersyukur dapat menjalankan puasa selama satu bulan penuh meski tak jarang diterpa oleh banyak 'godaan' untuk membatalkan puasa.

Dan, dengan adanya persiapan seperti yang saya buat saat ini, saya harap agar tekad seperti itu terus berlanjut hingga puasa Ramadan esok dan selamanya.

 

Indikator Keberhasilan setelah Ramadan

Indikator keberhasilan setelah Ramadan tidak saja soal bolong atau tidaknya puasa yang telah dijalani, lebih dari itu saya telah menetapkan standar keberhasilannya tersendiri.

Ditinjau dari beberapa aspek berikut, saya dapat mengatakan bahwa puasa Ramadan kali ini sukses besar, antara lain jika:

1. Dari aspek spiritual.

Di antara indikasi keberhasilan terbesar menjalankan ibadah puasa adalah tumbuhnya ketakwaan di dalam hati seorang hamba, sehingga ia menahan anggota badan dari segala bentuk perbuatan maksiat. Seperti yang difirmankan Allah di dalam surah Al-Baqarah ayat 183.

2. Dari sisi medis.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh para dokter muslim bahwa puasa menjadi media pembersihan tubuh dari racun berbahaya.

Lebih jauh, puasa berarti mengistirahatkan pencernaan dan anggota tubuh dalam bekerja, karena puasa dapat melakukan pembaruan kemudaan pada diri seseorang.

Itu tak lain karena seseorang itu memberi pada sel-sel kehidupan dan gairah baru. Hal ini cukup dikenal dalam ilmu biologi.

Dengan demikian, jika tubuh menjadi lebih bugar setelah berpuasa sebulan penuh, itu berarti saya telah menjalankan puasa dengan baik.

3. Dari sisi psikologis.

Saya lebih mampu untuk membiasakan diri untuk bersabar, mengendalikan emosi, meyuburkan keikhlasan, dan tidak lekas marah atau tersinggung.

Selain itu, harapan saya Ramadan kali ini membawa jiwa saya kepada alam keluhuruan, membersihkan jiwa, mengasah kepekaan dan penguatan motivasi, serta menghindarkan diri dari sifat riya.

Sebab, tidak ada yang menghalangi seseorang yang sedang berpuasa untuk makan atau minum secara diam-diam, setelah itu ia memperlihatkan kepada orang lain dengan riya bahwa ia sedang berpuasa.

Kekuatan motivasi dan semangat ketaatan kepada ajaran agama lah yang membuatnya tidak berbuat seperti itu.

4. Dalam aspek akhlak dan perilaku.

Ramadan telah mendidik saya untuk berperilaku terpuji terhadap orang lain dan tidak mudah tersulut emosi.

Di samping itu, saya senantiasa berlaku jujur, tidak mengucapkan kata-kata kepalsuan, dan tidak lagi melakukan perbuatan negatif dengan sengaja. Singkat kata, saya selalu menghiasi diri dengan akhlak mulia, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

5. Dalam bidang sosial.

Indikator keberhasilan puasa saya adalah menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat, menebar kebaikan, saling mengasihi terhadap sesama, tersebarnya semangat persaudaraan dan saling membantu, dsb.

6. Dari segi ekonomi.

Sebagaimana kegiatan di bulan Ramadan tiap tahunnya, harapan saya ini ditujukan kepada masyarakat secara luas, yakni agar ke depannya kegiatan perekonomian dan transaksi jual beli terus meningkat.

Kiat-Kiat Tetap Produktif saat Menjalani Puasa

Berikut adalah beberapa tip untuk membantu agar puasa kita menjadi semakin produktif:

1. Atur makanan dengan nutrisi seimbang dan rendah gula.

Tip yang pertama ini berguna agar tubuh tetap dalam keadaan prima saat beraktivitas, sehingga puasa tetap berjalan dan hasil tetap pekerjaan maksimal.

2. Rencanakan jadwal harian dengan efektif dan efisien.

Terlalu banyak waktu untuk bergerak ke sana kemari, mengalami tekanan berlebihan, merasa panas ketika naik angkutan umum atau lama berada di bawah terik matahari membuat cepat kelelahan.

Namun, jika kita melakukan perencanaan, maka puasa kita akan berjalan dengan baik. Ini bertujuan agar bisa mendorong kita untuk melakukan evaluasi harian sebelum tidur, sekaligus menyiapkan hari kita esok pagi ketika kita terbangun kembali.

3. Kerjakan tugas terberat lebih dulu.

Mengurangi makanan dalam kondisi berpuasa, membuat fokus atau perhatian bagi pekerjaan kita lebih sulit untuk dilakukan.

Maka dari itu, melakukan apa yang Brian Tracy sebut 'mengerjakan tugas terberat lebih dulu' ('eating that frog') menjadi solusi yang baik untuk dikerjakan setiap hari dalam setahun, karena bisa membuat pekerjaan-pekerjaan kita pada hari itu lebih mudah, khsusunya puasa di bulan Ramadan.

4. Senantiasa mengingat keutamaan atau manfaat puasa.

Berkaitan dengan manfaat dari puasa bulan Ramadan ini, silakan kembali ke uraian indikator keberhasilan setelah Ramadan di atas.

Demikian sedikit catatan tentang persiapan menyambut bulan Ramadan agar kita sebagai umat muslim dapat memetik beragam hikmah dari bulan yang penuh ampunan ini.

Referensi: Indahnya Syariat Islam karya Syaikh Ali Ahmad Abdul, Eat That Frog karya Brian Tracy, https://muslim.or.id/30320-meraih-ketakwaan-dengan-berpuasa-ramadhan.html.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun