Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyelami Warisan Abadi Bangsa, Berikut 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Jakarta

3 Maret 2024   19:41 Diperbarui: 3 Maret 2024   19:54 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. (sumber: Setu Babakan)

Jakarta merupakan kota yang kaya akan sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Pasalnya, selain berdiri gedung-gedung perkantoran juga terdapat banyak gedung bersejarah yang memancing kenangan indah tentang perjuangan para pahlawan dan peristiwa penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan bumi pertiwi.

Tak pelak banyak dari penduduk Indonesia dari berbagai pulau yang ingin merasakan momen bersejarah dan mengenang perjuangan para pendahulu kita.

Untuk itu, artikel ini akan menyajikan rekomendasi 5 tempat wisata di Jakarta berupa gedung bersejarah dan museum yang layak untuk dikunjungi saat berlibur.

1. Museum Sumpah Pemuda

Museum Sumpah Pemuda (sumber: Dok. Pribadi)
Museum Sumpah Pemuda (sumber: Dok. Pribadi)

Berwisata ke Museum Sumpah Pemuda yang terletak di Jalan Kramat Raya No.106, Kwitang, Kec. Senen, Jakarta Pusat, bisa menjadi pilihan menarik untuk dicoba.

Museum Sumpah Pemuda dapat memanjakan para pengunjung dengan benda-benda bersejarah, sekaligus mengenang momen Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda merupakan keputusan Kongres Pemuda II yang diselenggarakan selama dua hari, yaitu 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.

Di dalam Museum Sumpah Pemuda, pengunjung juga bisa melihat patung tokoh-tokoh Sumpah Pemuda mulai dari W.R. Soepratman, Muhammad Yamin, hingga Mohammad Tabrani di Museum Sumpah Pemuda. Di samping itu, ada juga diorama-diorama yang menggambarkan suasana Kongres Pemuda II di masa tersebut. 

Lebih jauh, terdapat ada pula biola milik W.R. Soepratman yang dipajang di Museum Sumpah Pemuda. Kemudian, museum ini memperlihatkan pula bendera Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO).

Museum Sumpah Pemuda didirikan sejak tahun 1973 silam. Di gedung yang dulunya bernama Indonesische Clubgeow ini, merupakan lokasi diadakannya Kongres Pemuda II sesi ketiga atau penutup.

Kongres Pemuda II untuk ketiga kalinya itu mendiskusikan suatu tema tentang 'Pergerakan Pemoeda Indonesia terhadap Pemoeda Internasional' oleh Soenario yang diikuti dengan agenda penutupan.

Di dalam gedung ini, ikrar-ikrar pemuda Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 secara resmi terbit. Momen ini menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia yang telah memiliki bahasa persatuan.

Usai peristiwa Sumpah Pemuda, bangunan yang dulunya bernama Gedung Kramat 106 ini berkali-kali mengalami perubahan fungsi. Di samping pernah menjadi rumah tinggal, tempat ini juga digunakan sebagai toko bunga, hotel, serta kantor Bea dan Cukai.

Pada tanggal 3 April 1973, Pemda DKI Jakarta memutuskan pemugaran gedung tersebut, yang rampung pada 20 Mei di tahun yang sama.

Setelah dipugar, Gedung Kramat 106, yang menjadi saksi bisu sejarah Sumpah Pemuda, gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin membuka gedung secara seremonial dan berubah nama menjadi Gedung Sumpah Pemuda.

2. Gedung Joeang 45

Gedung Joang 45. (sumber: Indonesia.go.id)
Gedung Joang 45. (sumber: Indonesia.go.id)

Gedung Joang 45 juga merupakan area yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Gedung bersejarah ini mengingatkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dari penjajahan.

Gedung Joang 45 berlokasi di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat. Bangunan ini menyimpan makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia karena menyimpan jejak perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

Pemilik pertama bangunan ini adalah seorang pengusaha asal Belanda bernama LC Schomper.

Pada 1939, Hotel Schomper, yang disamakan dengan nama sang pemilik, didirikan dengan tujuan melayani pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing, serta pejabat pribumi yang datang ke Batavia (nama Jakarta dulu).

Kemudian, dengan menyerahnya Hindia Belanda tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942, kehidupan keluarga Schomper menemui akhirnya, apalagi saat Jepang mulai menyita banyak aset warga Belanda.

Keluarga Schomper dibawa ke Kamp Interniran di Jepang bersama keluarga Belanda lainnya. Gedung yang awalnya digunakan sebagai hotel mewah tersebut lantas jatuh di bawah kekuasaan Jepang.

Jepang kemudian mengalihfungsikan bangunan bekas hotel ini menjadi asrama pemuda Indonesia yang diberi nama Asrama Angkatan Baru Indonesia.

Sejak tahun 1942, Jepang mengizinkan AM Hanafi dan kawan-kawan untuk menggunakan bangunan ini sebagai asrama.

Sukarni dipilih untuk pemimpin Asrama Angkatan Baru Indonesia, Chaerul Saleh sebagai wakilnya, sedangkan AM Hanafi ditunjuk sebagai Sekretaris Umum.

Di samping asrama, Jepang juga menjadikan Gedung Joeang sebagai tempat pendidikan politik bagi pemuda Indonesia untuk mendukung kepentingan Asia Timur Raya.

Namun, impian Jepang melalui Badan Propaganda Jepang (Gunseikanbu Sendenbu) harus kandas oleh para tokoh yang memajukan semangat pemuda Indonesia.

Tokoh-tokoh tersebut antara lain Ir Sukarno, Moh. Hatta, Adam Malik, dan Chaerul Saleh.

Seiring waktu, bangunan ini mengalami pergantian nama menjadi Gedung Menteng 31. Para pemuda yang tinggal di dalam gedung bersejarah ini dikenal sebagai Pemuda Menteng 31.

Mulai tahun 1972, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin menyatakan, Gedung Menteng 31 dinobatkan sebagai bangunan bersejarah.

Tahun selanjutnya, gedung bersejarah ini mengalami restorasi untuk memastikan kelayakannya sebagai tempat kunjungan.

3. Museum Tekstil

Museum Tekstil. (sumber: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta)
Museum Tekstil. (sumber: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta)

Rekomendasi tempat wisata di Jakarta berikutnya adalah Museum Tekstil. Museum ini beralamat di Jalan K.S. Tubun No.2-4, Kota Bambu Selatan, Kec. Palmerah, Jakarta Barat.

Museum Tekstil awalnya digunakan sebagai villa (landhuis) milik warga berkebangsaan Perancis yang tinggal di Batavia. Selanjutnya, bangunan ini kembali berpindah kepemilikan oleh Konsul Turki bernama Abdul Azis Al Mussawi Al Katiri.

Pada tahun 1942, Museum Tekstil dibeli oleh warga Belanda, DR. Karel Christian Cruq. Pada kurun waktu perang kemerdekaan tahun 1945, gedung ini digunakan sebagai Markas Pemuda Barisan Pelopor dan Barisan Keamanan Rakyat (BKR).

Dua tahun berikutnya, Museum Tekstil dibeli oleh warga Cina, Lie Sion Pin, lalu dibeli oleh Departemen Sosial Republik Indonesia pada tahun 1952.

Dan, pada tahun 1976, Pemda DKI mengambil alih dan mengganti nama gedung ini sebagai Museum Tekstil yang diresmikan pada tanggal 28 Juni 1976 oleh Ibu Tien Soeharto.

Kini, Museum Tekstil berada di bawah pengelolaan Unit Pengelola Museum Seni, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Gedung Pameran Tetap dan Gedung Pameran Temporer menjadi gedung pameran utama Museum Tekstil.

Gedung utama ditempati oleh Gedung Pameran Temporer, sedangkan untuk Galeri Batik ditempati oleh Gedung Pameran Tetap.

Dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kain batik, pada tanggal 2 Oktober 2010 Galeri Batik diresmikan.

Galeri Batik menyimpan berbagai macam koleksi batik yang berasal dari banyak wilayah di Indonesia seperti batik dari Sumatera, Jawa barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, serta Jawa Timur.

Selain beragamnya koleksi kain batik, bahan perwana batik alami, motif-motif cap batik, tata cara proses membatik, dan berbagai macam interior yang bermotif batik seperti furniture, tempat tidur, furniture, topeng, dan wayang golek, juga tersedia di dalam Museum Tekstil.

Museum Tekstil sangat berharap agar masyarakat luas dapat menggunakan dan memanfaatkan fasilitas serta aktivitas yang ada.

4. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Kegiatan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. (sumber: Setu Babakan)
Kegiatan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. (sumber: Setu Babakan)

Di tengah hiruk pikuknya Jakarta, objek wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan menyenangan sekali untuk dikunjungi. Pasalnya, tempat ini menyuguhkan pemandangan alam danau yang asri dan mempesona sembari mengenal budaya Betawi lebih dekat.

Sesuai namanya, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan destinasi wisata edukasi yang mengangkat nilai-nilai budaya khas masyarakat suku Betawi. Area ini dikenal masyarakat Jakarta sebagai desa wisata, karena lokasinya begitu dekat dengan kehidupan masyarakat setempat.

Di atas lahan dengan luas 289 hektare yang mencakup darat dan perairan, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan menyuguhkan keanekaragaman adat budaya suku Betawi.

Di sini, pengunjung akan menemukan bangunan, pakaian adat, benda bersejarah, pertunjukan seni, serta makanan dan minuman khas masyarakat Betawi.

Destinasi wisata edukasi ini didirikan pada 18 Agustus 2000 oleh Pemrov DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000.

Tujuan didirikannya desa wisata unik ini adalah sebagai salah satu upaya demi melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat Betawi supaya tidak tenggelam oleh kemajuan zaman.

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini dibagi menjadi tiga wilayah utama berdasarkan fungsi dan unit kegiatan di dalamnya, antara lain: 1). Wisata budaya, 2). Wisata agro, 3). Wisata Air.

Penasaran seperti apa Perkampungan Budaya Betawi satu ini? Langsung saja datang ke Jl. Moch Kahfi II, RT.13/RW.8, Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.


5. Museum Purna Bhakti Pertiwi

Museum Purna Bhakti Pertiwi. (sumber: Dok. Pribadi)
Museum Purna Bhakti Pertiwi. (sumber: Dok. Pribadi)

Museum yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur ini didirikan untuk mengenang Presiden Soeharto beserta perannya dalam memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade (32 tahun).

Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai benda pribadi, foto, maupun kenangan masa kepresidenan Soeharto.

Mengunjungi 5 tempat wisata di Jakarta ini akan memberikan pengalaman berlibur yang berbeda. Juga memberikan kesempatan untuk merenungkan perjuangan para pahlawan bangsa dalam mencapai kemerdekaan Republik kita tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun