Oleh K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)*
Bahagia dan kemudahan hidup dalam Islam bisa diraih seorang hamba lewat jalan ibadah. Dan, aktivitas keseharian yang biasa kita lakukan adalah termasuk salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah.
Aktivitas (baca: ibadah) keseharian yang hukumnya mubah saat dilakukan, bisa jadi istimewa karena itu berarti telah memalingkan seseorang dari yang haram.
Orang yang sedang punya banyak uang sementara dia menahan nafsu dari perbuatan-perbuatan maksiat menggunakan uangnya termasuk hal yang luar biasa.
Tidur juga menjadi sesuatu yang tidak biasa manakala itu dapat menjauhkan diri kita dari hal-hal yang berbau maksiat.
Sedemikian istimewanya tidur sehingga Imam Al-Ghazali dalam riwayat unik dan kontroversial menyebut, "... sehingga suatu saat ibadah terbaik umat ini adalah tidur."
Kenapa bisa begitu? Kita tidak lagi bisa menampik, mengingat di zaman seperti sekarang ini, potensi maksiat di lingkungan luar sudah begitu menjamur, seperti misalnya memandangi perempuan/laki-laki yang bukan mahram. Beda halnya jika kita tidur, Tentu dengan tetap menjalankan fardhu ain (ibadah wajib) saat waktunya sudah tiba.
Tidur malam juga lebih utama apabila kita memang pada saat tertentu tidak bisa melaksanakan salat tahajud maupun salat witir, tapi di saat yang sama kita tidak terlibat zina, mencuri, bergosip, tidak menanamkan kebencian, karena dalam tidur selain ada unsur istirahat dan memulihkan stamina, juga ada unsur meninggalkan beberapa keburukan.
Termasuk ayat Allah tentang keberkahan tidur yaitu, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari ..."Â (QR. Rum:23.)
Seorang yang tidak punya pekerjaan apa-apa alias menganggur dan cuma bisa melamun tidak perlu berkecil hati, karena itu berarti dia juga tidak berbuat sesuatu yang maksiat di luar rumah, membunuh, maling atau korupsi. Memang dia tidak menghasilkan uang, tapi itu masih jauh lebih baik daripada menghasilkan kriminalitas.