Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Impor Beras Bukan Lagi Solusi Bijak untuk Pemenuhan Pangan

3 Januari 2024   20:00 Diperbarui: 5 Januari 2024   20:56 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beras siger Lampung olahan singkong. sumber (Dok. Pribadi)

Sangat jelas bahwa perubahan drastis seperti itu menimbulkan dampak langsung pada kapasitas produksi pertanian dan ketersediaan pangan yang masih sangat bergantung pada iklim.

Bahkan, sebagai akibat yang berkelanjutan, situasinya terkadang tidak lagi sekadar penurunan drastis dan krisis ketersediaan pangan, tapi di daerah-daerah tertentu telah menyentuh situasi krisis atau darurat pangan oleh dampak langsung perubahan cuaca ekstrem tersebut.

Merespons masalah krusial ini, bangsa ini sudah seharusnya kembali memandang dirinya ke dalam. Maksudnya, pemahaman kita terhadap kekayaan alam negeri ini dengan segala keberagaman hayatinya, perlu menjadi arah petunjuk dalam hidup bernegara.

Pasalnya, pola konsumsi pangan pokok masyarakat masih sangat bertumpu pada beras. Meski pada dasawarsa terakhir konsumsi beras per kapita cenderung menurun, tapi itu tidak sebanding dengan peningkatan pada konsumsi pangan lokal. 

Pergeseran pola konsumsi masyarakat mendorong kebutuhan konsumsi pangan yang bersifat praktis (instan), sehingga itu menjadi akar penyebab tingginya permintaan akan pangan yang sebagian besar berbahan baku terigu (beras).

Hal tersebut pada gilirannya menimbulkan permasalahan tersendiri dalam penyediaan pangan bagi masyarakat. Maka dari itu, perlu adanya dorongan secara intensif terhadap upaya pengembangan pangan lokal untuk menjawab permasalahan ini.

Singkong merupakan salah satu tanaman budidaya umbi-umbian yang memiliki nilai gizi yang hampir sama dengan beras atau nasi putih. Perbedaanya terletak pada kandungan karbohidrat dari singkong yang lebih rendah dari nasi putih.

Beras siger Lampung olahan singkong. sumber (Dok. Pribadi)
Beras siger Lampung olahan singkong. sumber (Dok. Pribadi)

Di samping itu, kandungan serat dan kadar gula yang lebih rendah dari beras siger juga lebih menyehatkan kalau dibandingkan dengan nasi putih, sehingga aman bagi penderita diabetes maupun untuk menjalani diet.

Keunggulan lainnya, efek rasa kenyang yang didapatkan dari mengkonsumsi beras siger lebih awet dan tahan lama.

Beras siger Lampung bisa dikatakan sebagai sejenis beras modifikasi dari tiwul yang dalam pembuatannya membutuhkan waktu hingga 14 hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun