Oleh Habib Luthfi bin Yahya*
Dunia dewasa ini menjadi terbolak-balik. Garis pemisah antara kebenaran dan kesesatan menjadi kian menipis, samar-samar, dan lama-kelamaan cenderung hilang.
Media A membuat klaim begini, Demikian halnya media B, padahal media C dan D punya pandangan tersendiri yang jauh berbeda dengan media A dan B. Bingung? Disadari atau tidak, itulah yang tengah kita alami saat ini. Kita manusia yang tidak pernah berhenti mencari pemuasan, tapi sialnya media masih saja terus menghantam kepala kita dengan kebingungan-kebingungan yang sudah pasti tak ada ujungnya.
Akibat terus-menerus diberondong oleh informasi-informasi ini, maka tak heran jika itu menimbulkan masalah tersendiri bagi generasi muda Indonesia. Parahnya lagi, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kesehatan mental kita malah yang terganggu. Kita menjadi korban.
Dalam upaya pembangunan jiwa dan penyembuhan mental demikian, ruh memiliki peranan vital untuk mengetahui ke mana takdir manusia akan mengarah.
Bila ruh sudah terbangun dengan baik, maka jiwa manusia akan mempunyai warna. Semakin hidup ruh tersebut, maka hati akan semakin ma'rifatul ilahiyah.
Lantas, semakin manusia mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka manusia akan bisa mengenali kepalsuan-kepalsuan yang mencengkeram dirinya.
Imbasnya, kita memahami bahwa selain Allah adalah fana, yang mana sebelumnya tidak ada kemudian diadakan, dan setelah itu tiada. Jadi, hanyalah Dia yang Maha Sempurna, yang Maha Kekal. Al-Awwalu bila ibtida` Al-Akhiru bila intiha`. Itulah Allah Subhanahu Jalla Wa'ala.
Bilamana hati kita telah hidup, segala tipu daya kehidupan tidak akan mudah merusak jiwa kita.
Ambil contoh, sekali pun terjadi suatu marabahaya yang mengancam seperti pandemi virus Corona, kalau hati kita sudah lebih dulu kuat, maka ikut kuat pula sistem kekebalan tubuh kita.