Tentunya, kita tetap mengiringinya dengan ikhtiar, tapi jangan lupakan juga bahwa hal utama di samping ikhtiar adalah dengan membangun jiwa. Pasalnya, jika jiwa kita sudah hidup maka secara otomatis akan terbangunlah benteng kokoh yang melindungi tubuh kita dari penyakit.
Jadi, penting bagi kita untuk terlebih dulu membangun jiwa dengan pemahaman bahwa segala sesuatu selain Allah adalah makhluk. Dengan begitu, kita lalu bisa melihat dan dan membedakan perihal apa saja tipu-daya yang ada di dalam kehidupan ini.
Kita tak menampik bahwa ada banyak orang yang tertipu dan salah paham terhadap pangkat atau jabatan. Padahal, jabatan tidak berarti berkenaan dengan pejabat, karena jabatan yang tidak formal/resmi pun ada banyak sekali di luar sana.
Begitulah orang yang tertipu karena tidak melihat keutamaan dari Allah Ta'ala yang diberikan kepada makhluk-Nya. Harusnya kita bisa menjaga karunia tersebut.
Sementara itu, karunia Allah terbagi ke dalam beberapa jenis dan ragamnya, salah satu di antaranya adalah ni'matul Iman wal Islam. Nikmat Iman dan Islam.
Kita perlu belajar bagaimana Iman dan Islam kita bisa selalu terjaga, sehingga kelak pada saat kita dipanggil oleh Allah tidak menjadi golongan umat yang membuat malu Rasulullah Shalallahu 'Alihi wa Sallam di hadapan-Nya.
Yauma laa tanfa'u maalun wa laa banuun, illaa man athallaahu bi qalbin salim. (Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS. Asy-Syuara: 88-89).
Nah, pertanyaannya sekarang, bisakah kita menyelamatkan qalbun Salim? Apabila di dunia kita tidak dapat menyelamatkan qolbun Salim, bagaimana lagi menyelamatkan qolbun Salim di akhirat nanti? Ini sama saja dengan tidak menanam padi tetapi inginnya panen. Mustahil!
Selagi kita masih punya kesempatan untuk membangun qolbun Salim setiap hari dan sepanjang waktu di dunia, mengapa tidak kita upayakan?
Adapun qolbun Salim memiliki makna yang luas sekali. Dengan kata lain qolbun Salim tidak saja persoalan akhirat, tetapi buah dari ruh yang hidup tadi (dunia). Apa saja di antaranya tadi? Yaitu bersatu, rukun, dan kompaknya umat Islam dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Mereka tidak mudah terpancing dan dibentur-benturkan antar satu sama lain oleh sebab ruh yang telah hidup.
Contohnya, ketika mereka mendengar dan melihat tayangan berita tertentu, akan melakukan kroscek (tabbayun) akan kebenarannya karena pada telinga mereka terdapat 'filter' yang didukung oleh qolbun Salim.