Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bijak Mengelola Waktu di Era Modern

4 Januari 2024   19:41 Diperbarui: 4 Januari 2024   19:47 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu baru tentang istri dan anak. Belum lagi jika kita berbicara soal (waktu untuk membaca) mushaf, kitab sahih Bukhari, kitab sahih Muslim, dan kita juga belum berbicara kitabul Tauhid.

Kita sebagai umat Islam mesti berpikir, kalau salat saja tidak dapat digunakan sebagai alat untuk menjustifikasi (pembelaan) seseorang yang tidak menunaikan hak keluarga, apalagi interaksi kita yang berlebihan di sosial media lewat gadget di tangan kita.

Memang tidak ada yang salah dengan bermain sosial media, tapi jangan lupakan juga bahwa salat menjadi syarat wajib bagi keislaman seseorang, dari pada interaksi kita yang berlebihan pada gadget, begitu pula dengan kewajiban untuk menuntut ilmu (agama).

Kerugian Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktunya

Pembagian waktu itu sangat penting karena Allah akan mempertanyakan hingga menuntut perihal bagaimana kita menghabiskan waktu selama hidup di dunia.

Di hari kiamat kelak, kaki yang kita miliki tidak akan beranjak dari sisi Allah sampai kita ditanya tentang empat perkara yang dua di antaranya adalah: waktu kita habis untuk apa, bagaimana kita menghabiskan masa muda. Itu merupakan bentuk pengulangan atau penekanan karena masa muda merupakan bagian dari waktu hidup kita.

Tidak berhenti pada pertanyaan Allah di atas, jika selama hidup di dunia kita lebih disibukkan dengan gadget dari pada memberi perhatian lebih pada anak-anak dan istri, maka bersiaplah menanggung tuntutan mereka di hadapan Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Pemberi Balasan.

Kita boleh punya grup dari aplikasi apa pun, tapi tidakkah sedikit manfaat, kalau enggan dikatakan tidak ada, dengan kita begitu aktif di sana sedangkan isi percakapannya hanya haha hihi. 

Untuk apa juga kita banyak disibukkan oleh sekadar urusan mendapat atau tidak likes dan comment dari orang lain, sedangkan anak kita jarang atau tidak pernah mendapatkan didikan dari orangtuanya?

Tentu saja ada pengecualian untuk interaksi langsung dengan teman, atasan, dll, tapi sebagai seorang Mukmin tetap harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu dalam berhubungan dengan orang lain.

Pasalnya, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alihi wa Sallam mengatakan, terlalu banyak tertawa dapat dapat membuat hati menjadi keras dan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun