Pendekatan ini fokus terhadap campur tangan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan. Karena melalui partisipasi mereka, pariwisata secara langsung mampu memberikan manfaat bagi masyarakat lokal. Dengan adanya manfaat inilah penerimaan, toleransi, dan dukungan masyarakat terhadap pariwisata akan tumbuh dengan optimal.
Masyarakat lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari destinasi pariwisata berkelanjutan. Integrasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengembangannya dimaksudkan untuk memastikan, agar masyarakat lokal mendapat ruang dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan pariwisata.
Kerangka pemikiran integrasi dimulai dari pemahaman mendasar menyangkut destinasi pariwisata. Di dalam destinasi pariwisata, tidak melulu terdapat industri pariwisata (produk, pasar, serta akses), tetapi juga ada keterkaitan dengan industri lain termasuk masyarakat lokal itu sendiri.
Maka, dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal mempunyai posisi yang sangat strategis dan setara dengan pengambil keputusan lainnya (stakeholders) dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan.
Selain itu, destinasi pariwisata berbasis masyarakat lokal adalah pariwisata berkelanjutan yang memungkinkan wisatawan untuk terhubung erat dengan komunitas lokal.
Lebih jauh, tujuan dari pariwisata berbasis masyarakat lokal adalah untuk memberikan manfaat langsung secara ekonomis kepada masyarakat lokal tersebut, sedangkan wisatawan merasakan langsung cara hidup lokal.
Jadi, secara singkat berdasarkan uraian di atas, berikut adalah beberapa poin dari manfaat utama pariwisata berbasis komunitas lokal:
- Melestarikan budaya lokal untuk generasi mendatang.
- Memfasilitasi lapangan kerja.
- Secara langsung menguntungkan penduduk setempat secara finansial.Â
- Menciptakan dan memberdayakan komunitas.
- Menambah nilai terhadap kunjungan wisatawan.
- Mendukung pergerakan pariwisata yang baik dan berkelanjutan.
Perencanaan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal
Sebagian besar karakteristik atau pendekatan perencanaan destinasi pariwisata berbasis masyarakat lokal berasal dari tradisi perencanaan transaksi dan advokasi.
Timothy mengatakan bahwa tradisi ini mengutamakan pembelaan terhadap kelompok masyarakat minoritas dan pemberian kontrol yang lebih besar kepada masyarakat lokal dalam proses pembangunan sosial untuk mencapai kesejahteraan. Hal tersebut semakin terlihat nyata akibat adanya pergeseran paradigma pembangunan pariwisata dari yang bersifat masal konvensional menuju pariwisata alternatif.