Misalnya, kita tidak tahu makna dari Ad-Dhuha, lalu kita buka terjemahan atau tafsir ringan kemudian kita baca.
Selain itu, keinginan untuk menghapal Surah dan ayat-ayat tertentu, itu pun merupakan anugerah.
Lantas, apa ciri seseorang mendapatkan keberhasilan dari hasil berinteraksi dengan Al-Qur'an. Apa cirinya berhasil melewati kajiannya? Bagaimana pula mengenali seorang melewati hapalannya?
Waminhum bikhairi biidznillah. Dia akan mendapat percikan kebaikan dari Al-Qur'an untuk mengubah dirinya, yang mana dia akan memperoleh kebaikan melalui tahapan: Pertama, Allah hadirkan ketenangan. Jadi kalau kita membaca Al-Qur'an kemudian mampu melahirkan ketenangan dan kelapangan dalam hati, maka itu ciri anugerah pertama yang Allah berikan kepada kita.
Menariknya, seringkali saat kita mempunyai masalah, lalu kita membuka mushaf secara acak, kita mendapati ayat-ayat yang tengah kita alami dan rasakan. Bisa dipastikan hal ini hanya dimiliki oleh Al-Qur'an.
Dengan kata lain, tidak ada pada buku bacaan apa saja yang memiliki sifat yang sama dengan Al-Qur'an, sehingga terkadang kita baru membuka mushaf dan belum membacanya, kita sudah dapat merasakan getaran tertentu di dalam jiwa.
Itu juga lah yang dimaksud Al-Qur'an dalam Surah Al-Anfal ayat ke-2 yang maknanya, "ketika kita baru ditampakkan Al-Qur'an, baru melihat, dibacakan, atau kita membaca, akan timbul getaran di dalam hati yang membuat kita merasa nyaman dan dekat dengan Allah."
Kedua, semakin seseorang berinteraksi dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an mampu mengubahnya menjadi lebih baik.
Al-Qur'an ada bukan hanya untuk dihapal lewat lisan. Sebab, tak jarang dari kalangan non-muslim juga dapat menghapal ayat-ayat Al-Qur'an.
Bahkan, burung beo yang merupakan hewan dari jenis burung, yaitu milik ustadz Adi Hidayat bisa dengan fasih membaca Surah Al-Ikhlas dan beberapa dari Asma-Asma-Nya.
Jadi, poin besarnya adalah jika sekadar hapal, hewan pun bisa menghapal. Namun, hapalan itu tetap tidak mengubahnya menjadi lebih baik.