Penuh Kecemburuan
Aku cemburu pada udara pagi ini
yang mengecupmu bahkan sebelum aku.
Aku cemburu pada udara pagi
yang memelukmu pertama kali setiap hari.
Aku cemburu pada mentari pagi ini
yang sinarnya mendekapmu bahkan sebelum aku.
Aku cemburu pada apa yang kau genggam pertama kali pagi ini
karena itu bukan tanganku.
Aku cemburu pada senja yang kau pandangi.
Aku cemburu pada malam yang meski menakutkan
tetap dapat jadi istirahatmu.
Aku cemburu pada hari kemarin
saat aku dapat menatapmu lamat-lamat
tapi tidak mampu kulakukan hari ini.
Aku cemburu pada jalan yang kau pijak.
Aku cemburu pada tanah
yang menangkap bayanganmu.
Aku cemburu pada waktu yang selalu mampu bersamamu.
Aku cemburu pada apa yang mampu dekat padamu sedangkan aku tidak.
Aku cemburu pada diriku
berada di dekapmu kemarin dan tidak saat ini.
Aku cemburu pada semua yang mampu menyentuhmu
sementara aku bahkan tak bisa memandangmu.
Aku cemburu pada apa
yang memenuhi angan dan hatimu.
Mengapa aku bak kayu lapuk yang ringkih
yang bahkan tak kau lirik.
Bagai sebuah pigura cacat
yang tak mau kau tilik.
Dan, pada akhirnya
kau adalah bintang nun jauh.
Berkilau tapi tak mampu kusentuh.
Dan, pada akhirnya
aku harus berduka cita
atas gugurnya cinta
yang kisahnya berjalan sendiri.