Hal tersebut tidak lain karena pada saat kita menulis berarti kita telah membangun jarak dan perasaan maupun emosi kita. Jarak inilah yang pada akhirnya menjadi penyebab kesembuhan.
Hanya jika kita menulis dengan jujur, maka proses penyembuhan ini akan berhasil, yang ditandai dengan berubahnya perasaan batin kita ke kondisi menjadi lega.
Sekarang mari kita bayangkan apabila perubahan batin berkat menulis ini dialami oleh khalayak ramai, maka kita bisa dengan yakin bahwa perubahan sosial secara alamiah juga akan segera tercipta.
Karena menulis, dalam hal konteks perubahan sosial, berarti seseorang sedang berupaya mengungkap kebenaran.Â
Oleh sebab itu, dalam hal ini kegiatan tersebut juga berarti seseorang berani untuk bersikap kritis dalam menanggapi ketidakadilan sosial yang terjadi di masyarakat.
Sementara itu, di dalam ranah politik menulis pun dapat memicu terjadinya perubahan besar, contohnya revolusi atau pun reformasi radikal.
Untuk dampak yang bisa kita saksikan lebih luas, menulis juga mampu melahiran gerakan pencerahan (enlinghtenment) yang telah menyebarkan inspirasi ke seluruh penjuru dunia.
Begitu banyak contoh yang bisa kita lihat atas hal tersebut, dimulai dari reformasi Gereja di Eropa, revolusi Prancis, sampai dengan fenomena musim semi Arab di Timur Tengah yang masih penuh ketegangan sampai saat ini.
Sejauh ini, bisa dikatakan bahwasannya menulis merupakan salah satu syarat bagi lahirnya "yang politis" (das Politische) itu sendiri.
Lalu Apa?
Meskipun begitu, kita juga tidak bisa sembarang menulis. Tulisan yang hanya sekadar ditulis tanpa mengindahkan hal-hal yang sudah kita bahas di atas, kiranya tidak akan banyak membawa manfaat bagi kehidupan kita maupun orang lain.