Bukankah Nabi Muhammad menyatakan bahwa amalan yang disukai Allah adalah amalan kecil tapi berkesinambungan?
Maka, dengan mengalokasikan uang tesebut kepada 10 juta orang secara merata, itu berarti mereka sudah memenuhi standar hidup sebanyak 10 juta masyarakat kurang mampu setidaknya dalam satu hari. Dengan kata lain, mereka pun secara otomatis turut mendukung program pemerintah dalam memberantas kemiskinan.
Belum lagi seandainya ada 100 lagi pemuka yang tergerak hatinya untuk bersama-sama melakukan hal serupa.
Selain itu, dengan aksi nyata yang dilakukan para pemuka agama ini, kemungkinan besar orang-orang kaya pun berbondong-bondong menyedekahkan sebagian kecil hartanya.
Bahkan, bukan tidak mungkin aksi kebaikan ini ikut merembet pada menurunnya tingkat kriminalitas di Indonesia. Sebuah efek berganda (multiplier effect) yang akan tercatat sebagai sejarah indah pada negeri ini, dan sebuah dedikasi luar biasa yang pernah dilakukan para pemuka agama.
Dari aspek timbal-balik, pastinya tidak ada satu pun dari kebaikan yang sia-sia di hadapan Tuhan. Apalagi Dia sudah menjamin balasan menjadi 10, 700, dan bahkan tak terhingga kepada orang yang mendermakan hartanya di jalan-Nya. Tergantung kadar keikhlasan si pemberi.
Jadi, peranan nyata dari pendakwah semestinya tidak berhenti sampai pada pembenahan sisi internal seseorang yang biasa dilakukan dalam majelis.
Adakalanya keimanan seseorang justru tumbuh dari situasi eksternal dari apa yang dilihat, dirasakan, dan dialami langsung melalui peristiwa-peristiwa di sekitarnya, salah satunya dari uluran tangan para pendakwah.
Lebih dari itu, saya sangat yakin 1100% dengan digalakkannya tindakan mulia ini, rakyat kecil masih merasa punya secercah harapan terhadap dunia dan kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H