Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tegakkan Pundakmu, Sayang

29 Juni 2023   15:54 Diperbarui: 8 Juli 2023   00:05 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang sedang bersedih. Sumber: Pexels/Adrien Olichon

Tegakkan Pundakmu, Sayang

Kita 'kan beratap di bawah langit yang sama.

Sayang, tegakkan pundakmu.

Kita serupa tenunan kain.

Di mana kapas disulam menjadi benang.

Lalu, sang jarum jelmanya jadi helai.

Pun kita akan jadi sesuatu.

Pada proses yang terkadang menyakitkan.

Bukankah kapas didapat dengan payah.

Bukankah jemari harus berdarah.

Bukankah helaian itu kadang jadi barang tak berharga.

Maka, jangan biar sakit membunuhmu.

Membunuh cantikmu.

Me-neraka-kanmu ke dalam derita yang tak pantas kau pertahankan.

Pundakmu, sayang.

Pundakmu adalah tempat benih-benih pemuda tumbuh.

Menghebat, meraih jaya tentang suatu perjuangan yang 'kan dilalui kelak.

Maka, jangan biarkan derita menikammu.

Sekaratkanmu dengan luka.

Luka yang membuat batinmu berdarah-darah.

Jangan kau biarkan sayang.

Kau terlalu berharga.

Untuk hidup ber-upah derita.

Mari, pegang tanganku sejenak.

Aku kisahkan tentang karang yang disenggamai ombak.

Aku kisahkan tentang langit yang kembali biru setelah badai.

Tentang pelangi setelah tangisan langit.

Tentang malam sunyi berbalut syahdu.

Tentang hari yang memberi harap pada jiwa-jiwa yang lemah.

Mari, aku kisahkan padamu.

Tentang tulusnya Fathima mendamba Ali.

Tentang sabarnya Yusuf hingga Zulaikha jadi balasannya.

Tentang Adam yang hanya berteman Hawa.

Tentang sempurnanya cinta Khadijah pada Muhammad.

Tentang kisah-kisah agung yang mungkin lupa kau kenang dan renungkan.

Maka jangan bersedih, Tuhan membersamaimu.

Maka, jangan takut bila Dia jadi kakimu.

Maka, jangan ragu bila Dia tujuanmu.

Aku kisahkan lagi padamu tentang Asiya dan Maryam.

Berbeda zaman tapi sama dalam kemuliaan.

Janganlah engkau menjadi wanita yang bersedih

hanya sebab lelaki.

Janganlah kau bersedih hanya sebab rasa cinta menghujam jantungmu.

Cinta yang belum tentu membawamu ke pelataran abadi.

Pelataran yang altar serta dipan-dipannya bertahta berlian.

Maka tegakkan punggung, mencintailah sekedarnya.

Dan, ikhlaslah sekuat tenaga.

Karena kita 'kan berpulang.

Kita 'kan bersama.

Setelah perpisahan dunia.

Di tempat kita memang seharusnya berada.

Sumber: Instagram.com/@ilmekimsi
Sumber: Instagram.com/@ilmekimsi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun