Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Surat Terbuka untuk PSSI: 5 Pekerjaan Rumah Pasca FIFA Matchday Indonesia Vs Argentina

20 Juni 2023   07:38 Diperbarui: 4 Januari 2024   20:10 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Untuk yang ke-6 kalinya (kini bersama Shin Tae-yong) Indonesia menjadi runner-up Piala AFF setelah sebelumnya didapatkan pada 2000, 2002, 2004, 2010.

Saat para pemain maupun pelatih yang sudah mulai menemukan bounding satu sama lain, lantas hanya karena dalam satu atau dua tahun masa kepelatihannya belum bisa mempersembahkan gelar, bapak-bapak dengan begitu mudahnya memecat mereka tanpa instropeksi terhadap fasilitas, moral, dan fisik para pemain.

Mempercayakan sepenuhnya langkah-langkah yang para pemain bersama pelatih jalankan (dengan catatan mereka memiliki kapasitas yang diperlukan dalam mengaplikasikan visi misi sebelumnya) itu berarti bapak-bapak sama saja dengan mempercayai jati diri bangsa sendiri. Alhasil, mereka pun bisa dengan nyaman menapaki tangga demi tangga yang sudah ditetapkan bersama.

Selain itu, ini juga mencakup kepercayaan dan kejelian official pelatih dalam merekrut anak-anak yang berbakat seperti misalnya kisah Lionel Messi dengan Barcelona, yang meski memiliki keterbatasan dalam hal fisik, Barcelona sangat percaya dengan kemampuan Messi.

Seperti yang disinggung sebelumnya, tiga kali sudah coach Indra Sjafri membuktikan hal ini saat menahkodai Timnas kelompok umur: AFF U-19 2013 (gelar juara yang merupakan pelipur dahaga akan setelah terakhir kalinya Timnas Indonesia  merebut medali emas SEA Games pada 1991), AFF U-22 2019 (untuk edisi kedua, setelah sebelumnya turnamen ini bernama Piala AFF U-23 yang pertama kali digelar pada 2005. Sejak 2006-2018 kompetisi ini tidak bergulir sampai dengan 2019 lalu), dan terbaru Timnas sepakbola Indonesia U-22 di SEA Games 2023 (terakhir dapat emas 1991).

Percayakan juga pelatih dalam mencari anak berbakat di seluruh penjuru negeri semantara bapak-bapak adalah fasilitator yang memfasilitasi mereka. Siapa yang dapat menyangkal jika seandainya suatu hari tidak lahir Messi-Messi baru dari anak-anak kita sendiri?

5. Peningkatan Infrastruktur Secara Berkala dan Bertahap

Untuk poin ini sengaja saya sebutkan di urutan terakhir karena untuk apa dibuat teknologi-teknologi canggih bila keempat poin di atas masih dilaksanakan ala kadarnya?

Memang sangat penting pak untuk memasang teknologi seperti VAR dan yang lain-lain tetapi lebih penting jika apa yang sudah saya sebutkan di atas sudah betul-betul terlaksana, atau paling baik dijalankan secara bersamaan dengan tidak menggangu rencana-rencana lainnya.

Untuk permasalahan ketertiban supporter, saya percaya bahwa infrastruktur yang memadai sekaligus peraturan yang ketat mampu berjalan beringirangan dengan tertibnya penonton.

Tidak ada hal yang lain yang bisa bapak lakukan selain dua hal tersebut yang memang masih ada dalam kewenangan bapak-bapak di sana.

Akhirnya, saya haturkan beribu maaf yang sudah begitu lancang dalam menulis surat ini jika seandainya ada rencana yang lebih baik yang telah bapak-bapak buat. Tidak ada pengharapan terdalam dari lubuk hati ini hingga menulis berpanjang lebar selain begitu mengharapkan bangkitnya sepakbola tanah air, yang baik datang dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dan yang buruk datang dari diri saya pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun