Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Surat Terbuka untuk PSSI: 5 Pekerjaan Rumah Pasca FIFA Matchday Indonesia Vs Argentina

20 Juni 2023   07:38 Diperbarui: 4 Januari 2024   20:10 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO

Dongeng Leicester City sebagai juara Liga Premier Inggris 2015-2016 masih terngiang dengan jelas di ingatan saya. Bagaimana mungkin sebuah tim yang pada musim sebelumnya terancam terdegredasi dari kasta tertinggi persepakbolaan Inggris, lantas menjadi juara untuk level tersebut. Saya seratus persen yakin bahwa mereka tidak sekalipun sedari awal memasang target sebagai juara.

Terlepas dari kehebatan taktik dan manajemen klub, mungkin ada satu hal yang luput disadari oleh kebanyakan orang. (Mungkin saja pak, tapi masalah ini tidak penting). Bagi saya keberhasilan Leicester City finish di urutan pertama klasemen Liga Inggris 8 tahun yang lalu itu karena kejelian mereka dalam memanfaatkan momentum.

Performa tim-tim papan atas macam Manchester City, Manchester United, Liverpool, Chelsea, Arsenal, serta Tottenham Hotspurs kala itu sangat tidak konsisten. Mereka kerap kehilangan poin di laga-laga krusial sedangkan Leicester konsisten menorehkan hasil positif hampir di setiap pekannya.

Saya tidak perlu menjelaskan lebih panjang lagi akan hal itu karena data-data berkaitan hasil pertandingan mereka masih dengan mudah bisa bapak akses di internet.

Hal yang sama juga pernah diraih Atletico Madrid di musim 2014-2015 ketika mereka meraih gelar La Liga, yang mana dalam beberapa tahun terakhir, Liga Spanyol tersebut menjadi ajang perebutan piala antara Barcelona dan Real Madrid.

Saya ingat sekali bagaimana prestasi Barcelona sempat menurun sejak kepergian Pep Guardiola dari kursi kepelatihan meski di tahun berikutnya mereka berhasil bangkit setelah kedatangan Luis Enrique di tahun 2015.

Begitupun dengan Real Madrid, performa Los Blancos di La Liga meski di tahun yang sama mereka sukses menyabet trofi Liga Champions-nya yang kesepuluh (La Decima).

Terhangat, Maroko yang tidak pernah diunggulkan di Piala Dunia 2022 Qatar bisa melaju hingga ke babak semi final, dengan memanfaatkan momentum keterpurukan tim-tim unggulan macam Jerman, Spanyol, Brazil, Portugal, dan lain sebagainya. Kita pun sejatinya pernah beberapa kali mencatatkan rekor dalam 10 tahun terakhir bersama coach Indra Sjafri, di antaranya saat beliau melatih Timnas kategori usia (AFF U-19 2013, AFF U-22 2019, Timnas sepakbola Indonesia U-22 di SEA Games 2023).

Dalam konteks momentum yang dapat kita manfaatkan untuk agenda terdekat, yaitu Piala Asia tahun depan, mari kita manfaatkan dukungan para supporter di jagad media sosial yang tak jarang menyuarakan gagasan-gagasan brilian. Selain itu, kita juga perlu memanfaatkan momentum-momentum lain yang belum maupun yang sudah tampak, baik kelemahan di pihak lawan maupun kekuatan yang kita miliki.

Momen ketika para pemain Leicester City selesai menyaksikan laga Chelsea vs Totthenham yang berakhir dengan skor 2-2 dan menjadi kampiun Liga Inggris.
Momen ketika para pemain Leicester City selesai menyaksikan laga Chelsea vs Totthenham yang berakhir dengan skor 2-2 dan menjadi kampiun Liga Inggris.

2. Visi dan Misi yang Jelas dan Terukur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun