Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Surat Terbuka untuk PSSI: 5 Pekerjaan Rumah Pasca FIFA Matchday Indonesia Vs Argentina

20 Juni 2023   07:38 Diperbarui: 4 Januari 2024   20:10 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia vs Uruguay. (SKOR.ID)

Sepakbola kita begitu derasnya didera banyak cobaan untuk melangkah maju. Saya hampir putus asa dalam mendukung Timnas dan mendokan agar memperoleh prestasi lebih. Bukannya jadi penganut skeptisisme, tidak nasionalis atau apa pun, tapi saya lebih bersikap realistis, kalau tidak dikatakan abai tiap agenda Timnas senior pada waktu itu.

Angin segar bagi Timnas senior berhembus saat coach Shin Tae-yong mulai menukangi Timnas pada 2020. Melihat rekam jejaknya yang pernah menjurai K League 6 kali, Piala FA sekali (1), Piala Liga Korea 3 kali, dan sekali (1) juara Asian Club Championship (cikal bakal Liga Champions Asia) 1995, dan terakhir memulangkan juara bertahan Jerman di Piala Dunia 2018, Russia, saya tak pernah meragukan kapasitasnya sebagai arsitek Timnas kita.

Terlebih saya pernah membaca dan bahkan menuliskan janji Shin Tae-yong untuk mencetak sejarah dengan mengantarkan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. "Saya akan cetak sejarah di Asia Tenggara" kata Shin Tae-yong suatu ketika.

Meski begitu, kami sebagai pencinta sepakbola nasional perlu untuk memverifikasi sendiri janji coach Shin Tae-yong tersebut. Pasalnya, kami sudah cukup gerah dan gendut dengan suapan janji dan janji sejak 2010 itu.

Namun, pak, di balik sikap saya itu, saat ini saya masih mengharapkan capaian Timnas untuk sekali lagi melangkah lebih jauh. Singkatnya, kami mengharapkan trofi demi trofi lebih banyak lagi bagi Timnas senior kita. Bagi kami, prestasi terbesar bagi persepakbolaan Indoesia adalah berjayanya Timnas senior kita. Bukan berarti prestasi junior tidak penting, tapi ini lebih kepada peningkatan bersama demi membangun ibu pertiwi.

Indonesia vs Belanda (nguyeindo).
Indonesia vs Belanda (nguyeindo).

Terlepas dari apa pun, sebagai warga negara dengan darah merah, saya percaya bahwa negara ini punya semua potensi untuk kembali mencatatkan sejarah seperti halnya pada gelaran AFF tahun 2013 dan tahun 2019, serta SEA Games 2023 untuk kategori usia.

Bukankah di balik krisis selalu ada hikmah, Pak? Bukankah di balik kesusahan selalu terdapat dua kemudahan? Dan, bukankah kita sudah menunjukkan kepada dunia pada 17 Agustus 1945 yang silam bahwa kita benar-benar bangsa yang mau merdeka? Lalu, bukankah nama liga Italia sempat tercoreng karena skandal Calciopoli alias kasus pengaturan pertandingan pada 2006 dan keluar sebagi juara Piala Dunia di tahun yang sama?

Maka, dengan kerendahan hati, saya yang sangat ingin menyaksikan Timnas kita mampu menorehkan prestasi demi prestasi di pentas internasional ini, berikut saya jabarkan 5 poin untuk bapak-bapak di jajaran PSSI saat ini, maupun bagi kepengurusan di tahun-tahun mendatang, mau untuk menjadikanya sebagai rujukan jika berkenan:

Untuk yang ke-6 kalinya (kini bersama Shin Tae-yong) Indonesia menjadi runner-up Piala AFF setelah sebelumnya didapatkan pada 2000, 2002, 2004, 2010.
Untuk yang ke-6 kalinya (kini bersama Shin Tae-yong) Indonesia menjadi runner-up Piala AFF setelah sebelumnya didapatkan pada 2000, 2002, 2004, 2010.

1. Memanfaatkan Momentum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun