Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lindap

17 Juni 2023   21:35 Diperbarui: 18 Juni 2023   19:16 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Sandy Novan Wijaya/Robby Firdaus

Lindap

Semerbak harum bunga telah gugur pada muka kakimu; layu mereka.

Lindap;

Baca juga: Seni Jatuh Cinta

menghilang perlahan

melebur bersama debu, bersama cahaya, bersama kenangan yang ingin benar-benar dilupa.

Pagi menjelma rumah duka; di mana harapan telah hilang

Baca juga: Begini, Puan

padahal harusnya adalah mekar bunga, wangi embun, dan guratan cahaya yang pulang;

tapi hanya kepatahan yang kutemukan pada wajah langit. merapal wajahmu yang lindap digerus waktu.

Dari palung yang manakah bisikan itu datang; dahulu kala, ketika kita bukanlah siapa-siapa. Dari palung yang manakah ingin itu tumbuh; awal mula, ketika kita saling meraba ingin tahu. Tentang arti jumpa, rasa (yang tumbuh), lalu ingin saling menjaga.

yang pada akhirnya;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun