Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lindap

17 Juni 2023   21:35 Diperbarui: 18 Juni 2023   19:16 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Sandy Novan Wijaya/Robby Firdaus

kita dibawa pada hilir paling rendah dari sebuah kisah cinta; perpisahan.

Bahkan kita lindap sebelum sempat benar-benar mekar dalam kebersamaan.

Pintu itu masih selalu kuketuk; rapat terkunci

padahal ruang di dalamnya adalah milikku.

Aku terusir, terbuang jauh dari sana

sebab cahaya di dalamnya mulai lindap; kau kata aku tak mampu menjaganya.

padahal kau tahu;

aku hampir mati menahan duka-lara atas cahaya yang kujaga. engkau lindap dalam mencinta;

pulang pada peluk yang lain

di ruang itu, yang pintunya kini masih kuketuk jua.

Aku yang akhirnya pergi atas ketidakmampuanmu; diriku lindap dan mati dari dadamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun