Pendidikan harus mengambil peran yang signifikan dalam proses serta pembelajaran dari berbagai tantangan yang dihadapi. Para pendidik adalah kunci dalam usaha manusia untuk tumbuh menjadi individu yang berkualitas dan jujur. Oleh sebab itu, pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dan akan menjadi jalan atau metode yang harus dilalui manusia untuk mencapai tujuan mereka melalui proses pembelajaran yang mencakup pelatihan dan pendekatan pendidikan.
Perkembangan dari waktu ke waktu telah membawa berbagai perubahan dalam kehidupan manusia, terutama di sektor pendidikan. Perenialisme melihat pendidikan sebagai suatu cara untuk mengembalikan kehidupan saat ini ke masa lalu, di mana masa lalu dianggap lebih ideal. Dengan demikian, pendidikan menjadi lebih terfokus pada budaya yang dianggap ideal dan sudah teruji. Perenialisme menganggap pendidikan sebagai langkah untuk mengubah keadaan. Sebagai hasilnya, budaya yang sedang mengalami krisis atau dianggap kurang baik dapat diperbaiki secara permanen, karena pendidikan saat ini lebih banyak terinspirasi dari pendidikan yang telah ada sebelumnya.
Pada intinya, filsafat dan pendidikan saling terhubung dengan erat. Pendidikan adalah sebuah proses yang juga merupakan warisan nilai-nilai filosofis. Keduanya saling tergantung dan dibutuhkan sebagai panduan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Apakah hal itu dapat terwujud atau tidak, filsafat memiliki pengaruh yang signifikan pada keadaan yang kurang menguntungkan saat ini. Melalui pendidikan, kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup kita. Penerapan konsep ini adalah sistem yang mengatur jalannya proses pendidikan, yaitu kurikulum. Progresivisme percaya bahwa kurikulum yang efektif berasal dari siswa, yang berfungsi sebagai agen pendidikan yang terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Pendidikan perenialisme merupakan lawan dari modernisasi yang lebih mengutamakan pendekatan yang didasarkan pada logika, akal, dan aspek material. Banyak pendidik saat ini dipengaruhi oleh pandangan hidup yang atheis, materialistis, dan skeptis. Hal ini menyebabkan orang menjadi lebih individualis, materialistis, dan hedonis. Dampak dari situasi ini tidak baik untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengatasi krisis pendidikan yang ada dengan mencari dan menemukan solusi serta tujuan yang jelas, yang merupakan inti dari filsafat pendidikan. Dengan demikian, filsafat pendidikan perenialisme di sini lebih menekankan pada budaya masa lalu yang lebih ideal dan telah teruji.
Pendidikan di sini perlu merefleksikan kembali ke masa lalu. Tujuan utamanya adalah untuk mengatasi masalah yang dianggap krisis secara berkelanjutan. Konsep kekal ini muncul sebagai respons terhadap pendidikan yang progresif yang mendorong inovasi. Hal ini terlihat dari situasi saat ini yang dipenuhi kebingungan, ketidakaturan dalam aspek moral, intelektual, dan budaya masyarakat. Sejarah merupakan rekonstruksi dari masa lalu, yang berarti sebagai pemahaman atau kajian mengenai masa lalu untuk dianalisis di masa kini dan mendatang. Perpetuasionisme dan kajian sejarah sebenarnya sangat mirip: keduanya meneliti masa lalu. Oleh sebab itu, sangat memungkinkan untuk mengaplikasikan filosofi pendidikan perpetuasionis ini dalam pengajaran sejarah. Diharapkan bahwa pengajaran sejarah nantinya akan lebih mudah dipahami oleh siswa, dan mereka dapat menangkap nilai-nilai penting yang terkandung dalam pelajaran sejarah.
Sekolah adalah institusi yang mengajarkan individu untuk memahami kebenaran dan meneruskannya kepada generasi yang akan datang. Sekolah memiliki fungsi sebagai lembaga yang mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi kehidupan di dunia nyata di masa depan. menurut pandangan filsafat perenialisme, sekolah dianggap sebagai lokasi di mana siswa mendapatkan pengetahuan terbaik yang merupakan hasil dari warisan budaya dan sosial dari zaman sebelumnya. Di dalam dunia pendidikan, pendekatan yang diterapkan dalam filosofi perenialisme adalah pendekatan yang selalu mengedepankan kebebasan berpikir melalui cara-cara seperti diskusi, penyelesaian masalah, penelitian, penemuan, dan membaca. Ini misalnya dilakukan dengan cara membaca dan berdiskusi tentang karya-karya klasik yang ada dalam buku-buku penting untuk melatih kemampuan berpikir.
Perenialisme melihat siswa sebagai individu yang rasional, sehingga mereka diutamakan dalam proses pendidikan di kelas. Dalam pandangan ini, setiap siswa dipandang memiliki kemampuan yang berbeda, dan hanya perlu diarahkan agar bisa menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Niat untuk mengejar kebenaran ini memicu rasa ingin tahu, dan siswa akan terus menerus mengeksplorasi lingkungan di sekitar mereka untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Dalam filosofi ini, tugas pendidik adalah berperan sebagai pengarah bagi siswa yang menjalani pengalaman belajar dan mengajar.
Pendidikan sejarah adalah suatu kegiatan belajar yang fokus pada pemahaman tentang kejadian, tokoh, dan konteks di masa lampau untuk membangun kesadaran akan identitas, nilai, dan budaya. Dengan mempelajari sejarah, siswa dapat menganalisis, mendiskusikan, dan merefleksikan pelajaran dari pengalaman sebelumnya, sehingga mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta memahami perubahan sosial saat ini. Kurikulum yang didasarkan pada filosofi perenialisme bertujuan untuk mencapai kebanggaan atau prestasi dari potensi bangsa. Dari sudut pandang perenialisme, pendidikan sejarah memiliki peran dalam menjalankan transmisi budaya, yaitu menyadarkan masyarakat akan pencapaian di masa lalu. Diharapkan para siswa bisa mengambil pelajaran dari sejarah untuk masa depan yang lebih baik, karena menurut pandangan perenialisme, nilai-nilai dari masa lalu dianggap sangat ideal dan penting.
Filsafat perenialisme terletak dalam tujuan pembelajaran sejarah: mengembangkan rasa bangga dan cinta tanah air di kalangan siswa. Menumbuhkan rasa nasionalisme, saling memahami dan empati yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bangsa yang besar dan beragam. Tujuan ini menunjukkan bahwa pendidikan sejarah dan konsep keabadian sejalan dengan penekanan pada pemahaman masa lalu yang cemerlang. Oleh karena itu, pendidikan sejarah tidak hanya berfokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga bertujuan untuk memperluas wawasan kebangsaan yang dapat memperbaiki aspek budaya, ekonomi, sosial, dan politik negara dengan mengaitkan kembali ke masa lalu. Metode pembelajaran sejarah sejalan dengan ide perenialisme: melalui diskusi, penyelesaian masalah, penelitian, inovasi, dan yang paling penting, membaca. Kebebasan berpikir sangat krusial saat mempelajari sejarah. Hal ini dikarenakan kebebasan berpikir tidak hanya mendorong pemikiran kritis siswa saat mendalami materi, tetapi juga sangat penting saat menganalisis konten dan membangun kembali sejarah. Demikian pula, metode lain khususnya penelitian dan inovasi, tidak bisa terpisahkan dari pendidikan sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H