Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Balasan Itu Ada Enggak Sih?

22 Februari 2023   14:37 Diperbarui: 22 Februari 2023   14:43 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kalian pernah mempertanyakan, apakah segala perbuatan kita ada balasannya ? Kenapa hal ini aku  pertanyakan, karena saat dalam keadaan yang sulit dan ditambah lagi kalau aku merasa diremehkan orang lain. Pasti ada rasa kenapa terasa tidak adil iya ?. Dan mempertanyakan apa semua ini ada balasanya ?

Mungkin memikirkan balasan hanya membuat diriku bimbang dalam menjalani hidup ini. Sehingga aku akan jadi goyah yang akhirnya aku kembali meratapi hidup ini. Balasan atas perbuatan aku atau perbuatan orang terhadap aku bukan masuk wilayah aku, tapi itu wilayah semesta yang berkehendak. Tugas aku hanya terus menanamkan bibit  kebaikan dalam hidupku.

Melakukan kebaikan bukan hanya karena balasan tapi karena itu fitrah kita sebagai manusia. Fitrah itu suci berarti diri kita sebenarnya adalah percikan dari maha suci. Untuk menyadari hal itu memang tidak bisa dengan logika atau konsep. 

Kalau dengan kebenaran pikiran maka hanya sebatas ruang yang sempit dan penuh dengan konflik. Kan Tuhan maha luas serta tak terbatas maka kesadaran itulah jalan menuju Tuhan itu sendiri. Karena kesadaran hanya jadi pengamat pasif sehingga apapun yang ada dan terjadi diamati saja secara pasif. Sehingga kita menuju keluasan yang tidak terbatas atau kita ini adalah percikan Tuhan itu sendiri.

Kembali ke topik utama, balasan dari kebaikan kita itu tidak selalu berhubungan dengan hal yang bisa dilihat oleh mata atau materi. Tapi sebuah rasa yang dalam yang hanya bisa dirasakan oleh seorang pecinta. Seorang pecinta itu lebih fokus hidupnya untuk menyerahkan hidupnya untuk berbagi kasih kepada setiap orang yang dijumpainya. 

Biasanya jalan seorang pecinta itu tidak mudah karena begitu bersebrangan dengan kehidupan saat ini. Karena lihat saja kehidupan saat ini penuh intrik dan manipulasi. Sehingga seorang pecinta seolah dipinggirkan dari kehidupan ini. Mereka kebanyakan di hina, di caci maki, dipinggirkan dan diasingkan oleh kebanyakan orang.

Karena diperlakukan seperti itu seorang pecinta juga lebih memilih memisahkan dan menarik diri dari masyarakat. Dengan kesendirian itu atau waktu lebih banyak sendiri, mereka mulai mempertanyakan tentang kehidupan ini. Yang terasa tidak pas dan cocok untuk dirinya. 

Disitu lah keajaiban mulai terjadi, dengan mempertanyakan segala hal tentang kehidupan ini, mungkin pertanyaan yang jarang dipertanyakan orang pada umumnya atau pertanyaan mungkin dilarang oleh pemuka agama. Karena kebanyakan hanya main ikut - ikutan saja tapi mau mengerti dan menggali makna terdalam kehidupan ini. Seorang pecinta terus belajar mencari, apa sih kebenaran yang sesungguhnya di kehidupan ini.

Pertanyaan, kenapa seorang pecinta memilih jalan berbeda dari orang pada umumnya ?

Karena mereka terus mempertanyakan dengan segala hal atau pencari kebenaran sehingga mau tidak mau mereka lebih terbuka dengan segala hal. Jadi tidak terbatas dengan dogma yang hanya membatasinya terutama dogma agama. Mereka itu biasanya berfikir secara objektif atau netral.

Sehingga mereka terus mencari dan belajar bebagai sumber bahkan sumber dari berbagai agama. Semua itu dilakukan demi mencari kebenaran yang sesungguhnya. Hingga mereka menemukan rahasia para nabi, rasul, filsuf, pendeta, pemimpin dan para pujangga yang lain. Yang semuanya mengajarkan jalan cinta kasih.

Akhirnya mereka mengetahui bahwa jalan kebenaran itu ada di dalam dirinya sendiri. Sehingga mereka lebih banyak masuk ke dalam dirinya sendiri. Untuk menyelami dan mencari diri sejatinya yang ada di dalam dirinya sendiri. HuH rasanya lega sudah sampai di jalan ini setelah derita nempel terus dari diri ini..Hha.  Walo diriku masih tertatih - tatih dalam menjalani jalan ini tapi aku bisa sedikit hembuskan nafasku untuk bisa mengistirahatkan diriku sejenak. Setelah melewati lembah derita yang naik turun dalam hidup ini.

Mungkin tujuan dari segala derita, cacian, makian, hinaan dan dikucilkan itu adalah agar diriku bisa menapaki jalan para pecinta ini. Mungkin materi yang selama ini dijadikan tolak ukur dalam kehidupan kita di dunia ini menjadi sebuah atribut saja, bukan tujuan utama. Mau sukses secara materi atau tidak, itu tidak jadi masalah.

Karena kebahagian yang sebenarnya bukan memiliki suatu hal tapi justru dengan melepaskan semuanya. Melepas segalanya tanpa terkecuali, dengan hanya pasrah total dalam kehidupan ini. Membiarkan segalanya terjadi kalau memang itu harus terjadi. Tanpa memilah milah mana yang baik atau tidak atau hanya ingin yang baik saja. Semua melebur menjadi satu kesatuan utuh yaitu apa adanya.

Dengan melepaskan justru tidak ada beban apapun. Karena kita selama ini selalu menggenggam, saat apa yang kita genggam hilang dari diri kita maka kita begitu menderita. Tapi dengan melepaskan semua terasa ringan dan kita lebih menyerahkan sepenuhnya kehidupan kita kepada semesta. Jadi tidak ada rasa risau dan khawatir dengan semuanya. Semua begitu sempurna apa adanya, makanya akses lah hidup apa adanya dengan pasrah total dalam hidup ini.

Mungkin ini balasan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Walaupun terlihat kata - kata ini begitu indah tapi untuk mengakses sebuah kondisi tersebut perlu latihan yang tidak mudah juga. Perlu latihan yang konsisten dalam berkesadaran setiap saat dan setiap waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun